♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
"Selamat datang wahai Idul Adha" apakah hanya kata itulah yang sanggup kita bahasakan untuk menyambut hari raya Idul adha? Apakah hanya itu?, Padahal seabrek hikmah yang terkandung di dalamnya, apakah kita hanya melewatinya saja atau hanya sekedar mengatahui atau yang lebih menakutkan lagi adalah tidak mengerti hikmah yang terkandung di dalamnya?, ya.. Tuhan seberapa besarkah pengetahuanku tentang agama-Mu yang Rahmatan lil 'alamin ini, padahal engkau telah memberikan ilmu kepada seluruh manusia dari mulai Nabi Adam as. hingga manusia yang menemui hari akhirat itu pun hanya setetes dari samudra ilmu-Mu, lalu di manakah letak ilmuku? Ampunkan lah aku ya Allah, aku terlalu sombong.
Mungkin itulah yang menjadi seonggok perasaan yang terbersit di dalam hati kita ketika hanya mengetahui Idul Adha sebagai hari raya, hari berpesta, hari hura-hura, atau hari yang lainnya. Tidak demikian wahai anak cucu Adam, tidak sama sekali! tetapi hari yang penuh dengan hikmah, yaitu di saat pengorbanan adalah utama, di saat dimuliakannya manusia, dan di saat pengabdian bagi seorang yang benar-benar hamba, lalu di saat manakah kita sudah mendapatkannya? Apakah kita mendapatkan ketiga-tiganya, atau hanya satu saja, atau bahkan tidak sama sekali? jangan sampai penantian selama satu tahun sia-sia, tanpa adanya pengorbanan, pemuliaan, dan penghambaan.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ingatkah engkau wahai saudaraku, ketika Allah menyuruh Nabi Ibrahim as. menyembelih anaknya yang sangat di cintainya yaitu Nabi Ismail as. melalui mimpinya "Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik"? Ingatkah wahai kawanku ketika Nabi Ibrahim as. menyampaikannya kepada Nabi Ismail as. perihal perintah Allah SWT. untuk menyembelihnya "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"? Ingatkah wahai sahabatku ketika Nabi Ismail as. menjawab dengan hati yang penuh dengan kebijaksanaan dan kesabaran "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Telah terbayanglah bagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. adalah pengabdian yang telah mencakup tiga pesona baik pengorbanan, pemuliaan, dan penghambaan. Pertama pesona pengorbanan, di mana Nabi Ibrahim as. hendak menyembelih anaknya yang sangat di cintainya bahkan anak yang sangat di tunggu kedatangannya "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar", tetapi ketika sudah tumbuh dewasa Allah memerintahkan untuk menyembelihnya "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?". Coba kita bayangkan ketika kita berada seperti Nabi Ibrahim as. Dan Nabi Ismail as., apakah yang kita lakukan? Coba pikirkanlah sejenak.
Kedua pesona pemuliaan, di mana Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. menjalankan perintah Allah SWT. walaupun itu sangat berat sekali, oleh karena Allah SWT. adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang maka Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim"" begitulah Allah SWT. menguji dan memuliakan seorang yang benar-benar shalih, karena semakin kuat Iman seseorang maka ujian pun semakin kuat, bukan kah Allah SWT. memberikan ujian sesuai dengan kemampuan seseorang. Iman itu bagaikan sebuah pohon, ketika pohon itu masih tunas maka angin yang berhembus pun kecil, tetapi ketika pohon itu semakin menjulang tinggi maka angin semakin kencang menerpanya, lalu apakah pohon itu kuat menahan terpaan angin tersebut atau sebaliknya, roboh tanpa berarti. Begitulah kiasan iman seseorang.
Ketiga pesona penghambaan, penghambaan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. adalah penghambaan yang benar-benar hamba, karena sebagai seoarang hamba haruslah menjalankan perintah majikannya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, begitulah hal yang tercermin dari kedua hamba Allah SWT. yang sangat taat ini. Ketika penghambaan itu benar-benar mencapai puncaknya maka akan datanglah kenikmatan kasih sayang Allah SWT. kepada hambanya "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
Dari ketiga pesona di atas lah maka peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada hari Raya Haji. Bukan menyembelih manusia tetapi menyembelih hewan kurban seperti domba, Sapi, Unta atau sejenisnya. Tiada kata yang terucap di alat indra pengecap sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan inayah-Nya. Masya Allah, walhamdulillah.
Oleh karena itu sudah selayaknya lah kita sebagai seorang yang benar-benar hamba Allah SWT. untuk berkurban demi kemakmuran dan kejayaan Islam, dan hal ini pun akan mengikat perasaan di antara kaum Muslimin untuk saling memberi dan saling membantu agar terciptalah hubungan horizontal yang indah dan penuh dengan kebahagiaan.
Tiada kata untuk tidak berkurban, walaupun belum bisa berkurban dalam artian menyembelih hewan kurban, tetapi alangkah indahnya jika kita berkurban dalam artian yang berbeda yaitu berkurban jiwa, harta, dan waktu demi agama yang mulia ini, yaitu agama Islam. Wallahu 'Alam.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sumber : Renungan N Kisah Inspiratif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar