Rabu, 29 Juni 2011

[Sinopsis] Tree Of Heaven Episode 2


Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Dan kali ini aku mulai merasakan jatuh cinta pada Kakak. Kita memiliki perasaan yang sama, karena kesedihan kakak adalah kesedihanku juga.

Hana mulai mengetok jendela kamar Maya bahkan memanggil nama Maya berulang kali. Tidak ada jawaban dan tanggapan dari Maya. Hana terlihat putus asa dan melirik ke arah Yun soo seolah bertanya apa yang akan dilakukan selanjutnya. Yun soo mengambil batu dan dengan mantap melempar jendela kamar Maya dengan batu tersebut. Maya sontak terbangun begitupun dengan tamu-tamu yang sedang menginap di permandian sekaligus penginapan mereka.
“Hana, apa yang kamu lakukan?” tanya Maya kaget dan disambut dengan sikap Yun soo yang semakin tak terkendali bahkan membanting meja tepat di hadapan Maya. “Oppa, Oppa, Oppa” panggil Hana saat Yun soo membuka kamar tamu satu persatu dengan paksa. “Oppa, andwaeyo” teriak Hana panik, namun Yun soo terus saja berjalan dan menuju ke kamar Bibi Hana yang saat itu sedang beristirahat.
“astaga, apa yang kamu lakukan?kamu berani berbuat seperti itu” teriak Bibi Hana saat Yun soo masuk ke kamarnya dan mulai memporakpandakan isi kamarnya. Yun soo kemudian keluar dari kamar Bibi Hana setelah puas dengan apa yang dilakukannya. Yun soo bergerak menuju dapur dan mulai melihat isi kulkas. Yun soo mengeluarkan makanan dari dalam kulkas dan menarik Hana duduk disampingnya.
“itu untuk tamu, kamu pasti gila” teriak Bibi Hana emosi namun Yun soo tidak memperdulikannya dan mulai asyik menyantap makanan. “hentikan dia, jangan bodoh” tambah Maya kepada Hana “lepaskan ini” teriak Bibi Hana sambil menarik mangkok dari tangan Yun soo. Yun soo mengibaskan tangan Bibi Hana. Bibi Hana dan Maya seketika langsung terjatuh ke lantai yang dingin. Hana melihat ke arah kakaknya namun Yun soo hanya tersenyum dan memberikan sumpit kepada Hana. Hana ikut tersenyum melihat sikap kakaknya pada Bibi dan Maya.
Hana sedang sibuk mengeruk salju, Yun soo tiba-tiba muncul dan mengambil alih pekerjaan Hana. Begitupun saat Hana ingin membersihkan ruang keluarga, Yun soo tiba-tiba muncul dari dalam ruangan dan dengan wajah cuek keluar dari ruangan. Rupanya Yun soo sudah membersihkan ruangan tersebut.
Hana melihat kakaknya sedang menyikat kolam pemandian air panas. Hana menawarkan diri untuk menggantikan Yun soo, namun Yun soo dengan sengaja menarik Hana hingga tercebur ke kolam. Maya yang kebetulan melihatnya tersenyum melihat tingkah mereka. Yun soo yang menyadari kehadiran Maya kemudian menyiram air ke arah Maya dengan sengaja.
Yun soo membonceng Hana ke sekolah. Maya berusaha mengejar mereka. Namun Yun soo lebih cerdik, Yun soo menendang ban sepeda Maya hingga Maya terjatuh.
Hana dan Yun soo naik kereta. Yun soo terus melihat ke luar jendela sedangkan Hana yang duduk disamping Yun soo sedang asyik belajar bahasa Korea lewat kamus kesayangannya. Hana tiba-tiba berhenti membaca dan mulai bertanya pada Yun soo “Oppa mengapa kamu tidak pernah berbicara? Kamu tidak suka bicara?”. Yun soo tidak menjawab bahkan berpaling dari jendela dan melihat ke arah Hana pun tidak. Hana menutup kamusnya dan memalingkan wajah Yun soo ke arahnya.

“tidak suka atau suka?” tanya Hana sambil menyilangkan dan menaruh tangannya di kepala “andwaeyo, saranghaeyo” tambah Hana dan menyuruh Yun soo untuk mengikutinya “saranghaeyo” ulang Hana, Yun soo tersenyum. “cuayo, apa kakak menyukainya?” tanya Hana senang “kakak menyukainya” teriak Hana girang “Oppa, kamsahaeyo, Kamsahaeyo” tambah Hana.
Hana melihat keluar jendela “Ayah, sampai jumpa” ucap Hana dalam hati.
Hana dan Yun soo menuju ke suatu tempat dimana makam ayah Hana terletak. Yun soo hanya duduk terdiam sementara Hana mulai asyik membuat boneka salju. Hana kewalahan mengangkat kepala bola salju ke badannya. Hana meminta tolong kepada Yun soo untuk mengangkatnya namun Yun soo hanya terdiam dan pura-pura tidak melihat Hana. Hana terus melirik ke arah Yun soo berharap Yun soo akan membantunya. Saat bola salju hampir terjatuh dari tangan Hana, Yun soo dengan sigap membantu dan tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan Hana. Yun soo melihat ke mata Hana dan saat itu Hana pun melihat ke mata Yun soo. Hana tersenyum dan bersama-sama mereka mengangkat kepala bola salju ke badannya. Yun soo kembali melihat Hana, muncul sesuatu getaran di dalam dadanya. Saat Hana melihat ke arahnya, Yun soo dengan cepat memalingkan mukanya.
Hana kemudian menarik tangan Yun soo dan duduk di hadapan dua bola salju yang sudah dibuat Hana. Hana mengatakan kalau bola salju yang di hadapannya adalah Yun soo dan bola salju di hadapan Yun soo adalah Hana. Yun soo hanya terdiam dan segera berdiri.
“Oppa” teriak Hana dan mendorong Yun soo ke hamparan salju. Yun soo tetap tidak berbicara dan bangun. “Oppa” teriak Hana lagi dan kembali mendorong Yun soo ke salju untuk ke dua kalinya. “katakanlah sesuatu Oppa” ucap Hana senang dan melemparkan salju ke wajah Yun soo. Yun soo lagi-lagi tidak berbicara dan kembali bangkit. “Oppa kamu suka atau tidak?” tanya Hana “katakan padaku?” tanya Hana lagi dan kembali mendorong Yun soo. Yun soo mulai tersenyum dan tertawa. Yun soo mulai melakukan perlawanan kepada Hana. Mereka terjatuh ke salju dan tertawa bersamaan.
Hana memakaikan ember dan syal ke leher dan kepala boneka salju. Hana kemudian tersenyum kepada Yun soo. Yun soo pun tersenyum dan memperbaiki posisi syal Hana. “terima kasih Oppa”.
Hana membuka laci dengan tergesa-gesa dan mengambil sebuah lipstick. Hana mulai bercermin dan memakai lipstick di bibirnya.Hana tersenyum dan tiba-tiba terdiam melihat lipstick yang dipakainya tidak cocok dengan wajahnya. Hana buru-buru menghapusnya. “Hana” panggil Bibi, Hana sontak terkejut dan tidak memperhatikan sisa lipstick yang masih membekas di bibirnya.
Hana dengan cepat menuju Bibinya dan tanpa sengaja berpapasan dengan Yun soo yang menghalangi jalannya. Yun soo melihat wajah Hana yang terlihat berbeda dari biasanya dan terus memandangi Hana dengan pandangan heran. Hana merasa canggung dilihat oleh Yun soo dan dengan cepat berlalu pergi dengan wajah cemberut.
Teman Hana berlarian disepanjang koridor sekolah sambil berteriak “dia datang, kakak Ryu datang”.
Sementara itu di kelas para siswi tersenyum senang terutama Maya dan Mika yang memang sudah menyiapkan hadiah bagi Ryu jauh hari sebelumnya. “kakak Ryu pasti senang, aku berharap Kakak Ryu akan menerimanya” ucap Mika senang dan terus memandangi seribu bangau kertas dalam toples. “apa yang kamu persiapkan?” tanya Mika penasaran pada Hana “tidak ada” jawab Hana santai “hah, benarkah? Bukankah kau menyukainya juga?” tanya Mika.
Tiba-tiba teman Hana yang berteriak di sepanjang koridor sekolah masuk ke kelas Hana “kakak Ryu datang” ucapnya “dimana?” tanya yang lainnya bersamaan “disana” jawabnya dan menunjuk ke arah jendela.
Semuanya berlarian menuju jendela begitupun dengan Hana, sementara itu Yun soo hanya terduduk di kursinya dan sama sekali tidak memperdulikan ulah teman-temannya yang sangat antusias dengan kedatangan Ryu. Yun soo malah lebih tertarik untuk melihat Hana yang sangat antusias dengan kedatangan Ryu. Yun soo menatap Hana dengan tatapan marah.
Terlihat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di parkiran sekolah. Seorang pria bertubuh tegap dan tampan turun dari mobil tersebut.
Para murid bergegas ke tempat latihan judo untuk melihat Ryu bertanding Judo. “dia menyumbangkan pakaian judo untuk sekolah kita tahun ini, dia akan tinggal disini selama 1 bulan” ucap salah satu murid “dia sering datang ke sekolah kita, kurasa dia mempunyai alasan untuk itu. Astaga, apa dia menyukai salah satu dari kita? Apakah Itu kamu atau sayakah?” ucap Mika histeris pada teman-temannya “mustahil, itu pasti bukan kamu. Tidakkah kamu berpikir kamu cocok dengan murid dari universitas Tokyo” ucap Maya “apa?” tanya Mika sedikit emosi, namun pembicaraan mereka terhenti oleh teriakan para murid yang histeris melihat Ryu berjalan ke arah mereka.
Para murid mulai menyingkir dan memberi jalan untuk Ryu. Salah satu murid yang bernama Yinghua yang sempat berteriak di koridor mendekat ke arah Ryu dan menghapus keringat di wajah Ryu dengan sapu tangannya “perkenalkan nama saya Ying hua” “arigato” ucap Ryu dan kembali murid-murid berteriak histeris.
Maya tidak mau kalah dengan Yinghua dan mendekat ke arah Ryu “aku sudah menerima peralatan dari universitas Tokyo” ucap Maya senang “kamu meminta saya untuk melakukannya” ucap Ryu dan hal itu membuat murid-murid yang lain menjadi tercengang “aku hanya ingin mengatakan terima kasih, aku berharap kau menyukainya” ucap Maya dan memberikan kado yang sudah disiapkannya kepada Ryu. Semua murid kembali histeris dan berlomba-lomba ingin memberikan hadiah kepada Ryu “STOP” teriak Mika tiba-tiba dan mendorong Maya ke pinggir “kakak Ryu, ini 1000 burung kertas bangau, aku berharap cinta kita bertahan selamanya” ucap Mika. Ryu mengambil toples berisi burung bangau kertas dari tangan Mika “arigato” ucap Ryu. Hal itu membuat Mika menjadi girang bukan main dan memeluk Ryu.
Para murid semakin histeris dan ingin memberikan kado mereka kepada Ryu secepatnya “semuanya terima kasih, aku menerima semua hadiah kalian dengan senang hati”. Mika dengan tiba-tiba mencium pipi Ryu kemudian berlari ke belakang dan mendorong Hana ke hadapan Ryu “Hana, apa kabar?” tanya Ryu terlihat senang melihat Hana “aku baik” jawab Hana grogi “kamu menjadi sedikit gemuk” ucap Ryu meledek “benarkah?” tanya Hana dan melihat dirinya sendiri “kalau kelas sudah selesai bagaimana kalau kita pergi bersama?mobilku berada disebelah sana”tambah Ryu dan mengajak Hana pergi.
Baru beberapa langkah Hana dan Ryu berjalan, tiba-tiba Yun soo muncul dan menghalangi jalan mereka. “Oppa” ucap Hana terkejut melihat Yun soo “Hana, katanya ibumu menikah lagi, apakah itu kakak barumu?” tanya Ryu.
Ryu memperkenalkan diri kepada Yun soo “halo, senang bertemu denganmu, nama saya Ryu”. Yun soo tidak membalas uluran tangan Ryu yang ingin berkenalan dengannya dan hanya menatap Hana “dia tidak bisa berbahasa Jepang” ucap Hana. Ryu mengerti dan memperkenalkan dirinya dalam bahasa Korea “Annyeonghaseyo, nama saya Ryu”. Yun soo lagi-lagi hanya terdiam dan masih menatap Hana “aku belajar bahasa korea hari ini, itu sangat sulit” ucap Ryu kepada Hana dan tidak memperdulikan Yun soo yang tidak menjawab sapaannya.
Ryu dan Hana kemudian berjalan bersama. “Hana, mengapa kau tidak pernah mengirimiku surat?” tanya Ryu “aku tidak tahu alamatnya” jawab Hana polos “kamu bisa mengirimkannya ke sekolah” ucap Ryu dan melingkarkan tangannya ke pundak Hana. Yun soo yang mengikuti mereka sedari tadi terlihat marah melihat sikap Ryu kepada Hana yang dinilainya sudah melewati batas. “saya sedikit kecewa, tidak ada surat dan hadiah” tambah Ryu “maaf, aku berpikir kamu tidak menyukai pemberianku” jawab Hana menyesal “tidak apa-apa, datanglah ke Tokyo setelah kamu lulus nanti, Hotel kami akan menerimamu bekerja disana jika kamu ingin” ucap Ryu “aku akan membantu ibuku setelah lulus nanti” ucap Hana “hah, aku ingin menunjukkan kepadamu keindahan Hotel Seoul, apa kamu punya waktu akhir pekan ini? Kamu tidak akan menolak kencan bersamaku kan?” tanya Ryu dan mencubit pipi Hana. Hal itu membut Yun soo semakin kesal dan dengan cepat berjalan dengan membawa sepeda Hana setelah sempat menubruk Hana.
“Oppa” teriak Hana “maaf” ucap Hana pada Ryu dan berlari mengejar Yun soo. “Hana, aku akan menunggumu di gerbang nanti dan jangan lupa bawa hadiahnya” teriak Ryu “baik” jawab Hana. Yun soo yang kesal mendengarnya menjatuhkan tas Hana dan berlalu pergi dengan sepeda Hana. “Oppa” panggil Hana namun Yun soo sama sekali tidak berhenti.
Hana mulai membuat sulaman yang akan dihadiahkannya kepada Ryu. Hana membuka kembali buku hariannya dan melihat fotonya bersama Ryu. Maya yang kebetulan berada disamping Hana dan sedang belajar menghentikan aktifitasnya. “apa yang kamu lakukan terhadap Kakak Ryu?” tanya Maya dan menatap tajam Hana “tidak ada” jawab Hana “apakah kakak Ryu mnegetahui tentang kepribadianmu yang terlihat baik diluar tetapi sebenarnya tidak?” tanya Hana lagi dan mematikan lampu kamar dan berlalu tidur. Maya sepertinya sengaja melakukannya agar Maya tidak bisa melanjutkan membuat sulamannya.
Hana mulai memasang fotonya bersama Ryu ditengah kain hasil sulamannya, setelah itu membingkainya. Yun soo yang kebetulan ingin mengambil makanan di kulkas, terus memperhatikan apa yang sedang Hana kerjakan dan Hana sama sekali tidak menyadari kehadiran Yun soo. “apakah kakak lapar?” tanya Hana terkejut dan buru-buru menyembunyikan hasil sulamannnya dibawah kamus kesayangannya. Yun soo hanya terdiam dan membuka pintu kulkas dengan paksa hingga mengenai Hana.
Yun soo menyingkirkan kamus yang menutupi hasil sulaman Hana dan mengamati foto Hana bersama Ryu dan amarah di dalam dadanya semakin memuncak. Hana dengan cepat mengambil foto yang saat ini sedang dipandangi Yun soo.
Hana mengambil pakaian dari jemuran sambil tersenyum. Hana tidak pernah menyangka sebelumnya jika dirinya akan berkencan dengan Ryu. Hana kemudian berlari ke dalam rumah dan Yun soo tiba-tiba muncul dan mencoba menghalangi jalan Hana. Pada akhirnya Hana berhasil meloloskan dari kakaknya setelah sempat dijatuhi tumpukan salju dari pohon seperti yang pernah mereka lakukan.
Yun soo sudah menunggu Hana di depan rumah dan menatap Hana tajam ketika Hana keluar. Hana dengan cepat berlari berusaha menghindar dari Yun soo. Namun Yun soo tidak tinggal diam dan mengejar Hana hingga akhirnya lelah menyergapnya. Hana berbalik melihat ke arah Yun soo yang menunduk saat tahu Hana melihat ke arahnya. Hana kembali berlari dan meninggalkan Yun soo sendirian.
Hana meminta maaf kepada Ryu atas keterlambatannya. “kakak, maafkan saya, kamu pasti menunggu lama” ucap Hana dengan nafas ngos-ngosan “tidak apa-apa” ucap Ryu dan membukakan pintu mobil untuk Hana.

Dari kejauhan terlihat Yun soo yang memandangi Hana dan Ryu. Ryu masuk ke dalam mobil dan bertanya kepada Hana “Hana, apa kamu datang bersama kakakmu?”. Hana dengan cepat berbalik ke belakang dan benar saja, Yun soo sudah berdiri di bawah pohon dan terus melihatnya. “tidak” jawab Hana pada Ryu “baiklah, kalau begitu kita pergi” ucap Ryu.
Perlahan-lahan mobil Ryu mulai berjalan dan Yun soo pun tidak tinggal diam dan berlari mengikuti mereka. Hana melihat kakaknya berlari melalui kaca spion dan hal itu membuatnya khawatir.
Yun soo mengingat semua kejadian ketika Hana menangis saat kalung Yun soo hilang. Saat Hana datang ke pagar pembatas bandara pada hari ulang tahunnya dan ucapan ulang tahun dari Hana yang terus membekas di hati Yun soo. Hal itu membuatnya semakin sedih dan terus berlari mengejar Hana.
Mobil Ryu semakin cepat dan hal itu membuat Yun soo kewalahan mengejarnya. Hana pun semakin khawatir karena kakaknya sama sekali tidak berhenti berlari bahkan sampai jatuh bangun demi mengejar dirinya.

=TOKYO=
Hana akhirnya sampai di Tokyo dan makan malam di Hotel milik Ryu.
Ryu : apa kamu sudah memutuskannya?tentang pekerjaan Hotel? Kamu ingin di bagian mana?
Hana : (sedikit terkejut kemudian tersenyum) aku ingin di pelayanan kamar, aku melakukannya sejak kecil dan aku percaya diri dengan hal itu.
Ryu tersenyum mendengar jawaban Hana yang polos. Manager Hotel datang dan menanyakan apa lagi yang dibutuhkan Ryu. Hana tidak memperdulikan apa yang dikatakan Mananger dan lebih tertarik dengan makanan pembuka yang rasanya sangat enak. “ini benar-benar enak, apa rahasianya?” tanya Hana pada Manager “itu rahasia Hotel kami” jawab Manager dan tersenyum.
Hana dan Ryu kemudian bergegas pergi, tujuan mereka selanjutnya adalah Menara Tokyo. Hana memberikan hadiah hasil sulamannya kepada Ryu sebelum mereka ke luar dari Hotel .“apa ini? Aku sangat ingin melihatnya, tetapi lebih baik jika kau memberikannya saat kita berada di Menara Tokyo” ucap Ryu dan mengembalikan hadiah kepada Hana. Hana mengangguk senang.
Hana dan Ryu berjalan menuju mobil dan terkejut saat melihat Yun soo sudah duduk disamping mobil Ryu. Hana dan Ryu sontak terkejut sementara Yun soo hanya memandangi mereka dengan tatapan kosong. Perlahan-lahan air mata Hana mulai menetes dan tanpa sengaja menjatuhkan hasil sulamannya yang sudah dibingkai hingga pecah berkeping-keping. Ryu yang saat itu memandangi Yun soo yang menggigil kedinginan kembali terkejut dan membantu Hana memungut hadiahnya. “maafkan aku” ucap Hana hingga berulang kali dan segera merebut hadiah dari tangan Ryu. Ryu memandangi Hana dan kemudian kembali melihat ke arah Yun soo. “cukup untuk hari ini, kamu pulanglah bersama kakakmu” ucap Ryu khawatir “kamu tidak mempunyai uang, ini ambillah” tambah Ryu dan menyelipkan beberapa lembar uang ke tangan Hana. Hana hanya menangis dan merasa bersalah dengan Ryu. “tidak apa-apa” ucap Ryu berusaha menenangkan Hana dan segera berlalu pergi setelah sempat memberi salam kepada Yun soo.
Hana terus saja berjalan dan tidak memperdulikan Yun soo yang masih mengikutinya. Yun soo menarik tangan Hana dengan paksa hingga Hana berhenti berjalan “mengapa kakak melakukannya, kamu bahkan datang kesini. Apa kakak tahu perasaanku saat menyiapkan hadiah ini? Apakah kakak tahu hatiku saat ini? Apakah kakak tahu kalau aku sangat menyukai kakak Ryu” teriak Hana emosi. Yun soo hanya terdiam dan kali ini dia yang berjalan meninggalkan Hana. Hana mengejar kakaknya dan menahannya seperti yang dilakukan Yun soo sebelumnya “aku mencintai kakak Ryu, bukan kakak” tambah Hana dan segera berlalu pergi.
Hana berusaha menenangkan perasaannya dengan duduk di bawah sebuah Pohon besar yang berada tidak jauh dari Menara Tokyo. Yun soo mendekat ke arah Hana dan memasangkan sebuah kalung di leher Hana. Hana memberontak namun terdiam saat Yun soo selesai memasang kalung di lehernya. Dan Hana menjadi lebih terkejut saat Yun soo berbicara untuk pertama kalinya. “Omma, Omma” ucap Yun soo dan terus memandangi kalung salib pemberian ibunya. “Oppa, kamu bisa berbicara?” tanya Hana. Yun soo tidak menjawab pertanyaan Hana dan malah memandangi wajah Hana “aku akan berada disampingmu, Mido, Yongwonhi (percayalah kepadaku, selamanya)” ucap Yun soo kemudian memandangi kalung salibnya. Hana tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan didengarnya.
Saat Yun soo berdiri dan melihat ke arah menara, Hana dengan cepat menulis apa yang diucapkan Yun soo tadi di lengannya. Hana kemudian memandangi kalung salib milik Yun soo yang sekarang berada di lehernya. Hana berbalik melihat ke arah Yun soo dan perlahan-lahan air matanya kembali jatuh bersamaan dengan jatuhnya bulir-bulir salju dari langit.

Keesokan harinya.
Amarah Hana pada Yun soo sudah hilang. Buktinya sekarang mereka berboncengan ke sekolah. “Oppa, katakan sesuatu” ucap Hana dari belakang jok sepeda dan menyubit pipi Yun soo. Yun soo hanya terdiam dan mempercepat sepedanya. “Oppa” teriak Hana dan memeluk Yun soo dengan erat karena takut terjatuh. Yun soo tersenyum melihat sikap adiknya.
“Oppa, stop” teriak Hana saat melihat Ryu sedang mengeluarkan barang dari dalam mobilnya. “maaf atas kemarin” ucap Hana ketika bertemu dengan Ryu “tidak apa-apa, aku yakin kamu akan pulang dengan selamat” ucap Ryu dan memegang bahu Hana. Yun soo yang melihatnya hanya terdiam.
Ryu menyadari kehadiran Yun soo dan menghampirinya. Ryu mengulurkan tangannya untuk mengajak Yun soo bersalaman. Yun soo terdiam dan memalingkan mukanya. Ryu tertawa ringan melihat sikap Yun soo “kurasa kakakmu tidak menyukaiku, mungkin dia menyukaimu” ucap Ryu pada Hana “tidak seperti itu, dia…. Hanya kakakku” ucap Hana. Yun soo yang mendengarnya menjadi kesal terlihat jelas dari raut mukanya. Yun soo sepertinya mengerti apa yang dibicarakan Hana dengan Ryu. Yun soo membunyikan bel sepeda sebagai pertanda kalau sudah saatnya Hana menyudahi say hai pada Ryu “Ok, sampai jumpa nanti” ucap Ryu pada Hana.
Kelas sedang kosong dan hal itu dimanfaatkan Hana untuk mencari tahu arti dari ucapan Yun soo semalam melalui kamus kesayangannya. “aku akan berada disampingmu, percaya padaku, selamanya”. Hana tersenyum dan mengeluarkan kalung Yun soo dari dalam kerah bajunya. Hana kemudian memandangi kursi Yun soo yang sekarang sedang kosong.
Para murid berkumpul di ruangan Judo melihat Ryu bertanding. Sorak sorai mengiringi pertandingan tersebut. Sementara itu di sudut pintu terlihat Yun soo berdiri dan memandangi pertandingan tersebut dengan tatapan penuh emosi. “apa ada lagi yang tertarik untuk melawan Ryu. Ini kesempatan langka untuk bisa belajar dari Ryu” ucap senpai kepada murid-muridnya. Tidak ada yang bergerak, para murid semakin histeris dan terus menyorakkan nama Ryu “kakak Ryu, kakak Ryu”.
“sampai tidak ada yang bisa berdiri” teriak Yun soo tiba-tiba. Semua sontak berbalik dan melihat ke arah Yun soo. Yun soo perlahan-lahan berjalan menuju arena pertandingan. “sampai tidak ada yang bisa berdiri” ulang Yun soo begitu berhadapan dengan Ryu. “tidak ada peraturan seperti itu di Judo” jawab Ryu dan segera berbalik “sampai tidak ada yang bisa bangun” teriak Yun soo lagi.
Mika berlarian menuju kelas memanggil Hana. “apa yang kau lakukan, pertandingan sudah dimulai” teriak Mika dan menarik Hana.
Yun soo berusaha bangkit dan terus menyerang Ryu. Sedangkan Ryu seperti tidak merasakan apa-apa bertanding melawan Yun soo, karena Yun soo sama sekali bukanlah tandingannya. Semua menyoraki Ryu sedangkan Maya yang duduk bersama murid-murid lainnya hanya tersenyum licik melihat keadaan Yun soo yang memprihatinkan.
Hana dan Mika masuk ke ruang pertandingan sambil tersenyum senang karena kembali akan melihat Ryu bertanding. Senyuman mereka perlahan memudar saat melihat lawan Ryu. “Oppa, Oppa” teriak Hana dan dengan cepat berlari ke pinggir arena.
“hentikan sampai disini” ucap Ryu pada Yun soo yang sudah tidak berdaya. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, Yun soo berusaha bangkit dan menyerang Ryu dari belakang. Ryu dengan sekali gerakan mampu membuat Yun soo kembali terjatuh. Yun soo memegangi tubuhnya yang kesakitan. “Oppa” teriak Hana dan mendekat ke arah Yun soo “hentikan disini” teriak Hana pada Ryu yang memandangi mereka.
Yun soo kembali berusaha bangkit “andwaeyo Oppa, andwae” teriak Hana namun Yun soo kembali menyerang Ryu. Ryu dengan cepat menghindar dan hal itu membuat Yun soo kembali jatuh.
Tiba-tiba Hana berteriak sambil memegang kalung salibnya “Oppa, aku percaya padamu, mido, Yongwonhi”. Yun soo tersenyum mendengar apa yang diucapkan Hana. Perlahan-lahan Yun soo berusaha bangkit namun akhirnya terjatuh kembali. Mika dan semuanya mulai merasa iba dengan Yun soo. “Yun soo bangun” teriak Mika. “bangun” teriak Mika dan diikuti teman-temannya.
Hana pun ikut berteriak mencoba menyemangati Yun soo. Yun soo kembali berusaha bangun. Ketika dirinya hampir terjatuh, Ryu dengan cepat menopangnya hingga Yun soo berdiri. “ini dia pemenangnya” teriak Ryu.
Hana membonceng Yun soo pulang. Yun soo hanya tergolek lemah tak berdaya dan menyandarkan kepalanya di punggung Hana. Hana menghentikan sepedanya dan menarik tangan kakaknya agar memeluknya. Pegangan Yun soo terlepas hingga berulang kali. Hana tidak menyerah dan kali ini mengaitkan tangan kakaknya satu sama lain hingga memeluknya dengan erat.
Hana berusaha menghangatkan tubuh Yun soo yang kedinginan dengan menaruhnya di kolam pemandian air panas. Yun soo tidak mampu menahan rasa sakit di tubuhnya dan perlahan-lahan masuk ke dalam air. “Oppa” teriak Hana dan dengan cepat masuk ke dalam air dan menyandarkan Yun soo di bahunya. “Oppa, jangan meninggal” lirih Hana.
Ingatan Hana melayang saat ayahnya dilarikan ke rumah sakit “Appa, jangan meninggal” teriak Hana kecil.
Yun soo tiba-tiba berbicara dan membuyarkan lamunan Hana “aku akan berada disana untukmu, selamanya”.
Ayah tidak menepati janjinya untuk menemaniku. Tetapi sekarang ada Yun soo Oppa. Ketika aku menutup mataku, aku bisa merasakan kehadiran Ayah melalui kakak.
Hana merasa aneh tanpa kehadiran Yun soo. Biasanya mereka selalu bersama ke sekolah, tetapi kali ini Hana hanya sendirian karena Yun soo sedang sakit.
“dimana Yun soo?” tanya teman-teman Hana begitu Hana sampai di kelas “dia sakit” jawab Hana sedih. “argghhhhh” teriak semuanya bersamaan “kalau begitu kirimkan dia ini” ucap salah satu teman Hana agak kecewa “hentikan” teriak Mika “ini lebih baik, sekali makan bisa ceapt sembuh” tambah Mika. Teman Hana yang lain tidak mau kalah dan meminta tolong kepada Hana untuk memberikan hadiah kepada Yun soo. Namun Mika lebih cerdik, Mika dengan cepat menarik tangan Hana menuju toilet sekolah.
“tolong bantu aku, aku menyukai Kakakmu, Yun soo” pinta Mika. Hana sontak terkejut dan tidak menyangka karena kejadian kemarin semuanya tiba-tiba menyukai Yun soo “itu yang aku rasakan, tubuh yang kuat dan terlihat seksi, kau harus melihatnya juga. Aku akan menciumnya sebelum lulus nanti” teriak Mika semakin histeris “Mika” teriak Hana.
“Hana, ayo cepat mereka mengejar kita” teriak Mika begitu mereka pulang sekolah. Mika mempercepat laju sepedanya dan dari kejauhan terlihat teman-temannya mulai mengejar Mika dan Hana. Mereka berncana untuk menjenguk Yun soo.
Mika dan yang lainnya berlarian di sepanjang lorong rumah menuju kamar Yun soo. Hana hanya bisa terdiam melihat sikap teman-temannya. Sekarang tangannya dipenuhi dengan kado dari teman-temannya yang tidak bisa datang menjenguk Yun soo.
“waktunya lima menit” ucap Mika begitu mereka sampai di depan kamar Yun soo. “siapa yang pertama?” tanya Mika dan semuanya unjuk tangan bersamaan. “kamu” ucap Mika pada Yinghua. Yinghua dengan cepat masuk ke dalam kamar Yun soo.
Tiba-tiba Bibi Hana muncul dan mulai marah “apa mereka temanmu?apa yang kau lakukan, semua tamu ada disini? Cepat suruh mereka semua pergi”. “tidak usah perdulikan mereka, kurasa mereka cukup menikmatinya, tidakkah menurutmu menyenangkan” tambah Maya dengan nada mengejek yang muncul tiba-tiba dan segera berlalu pergi ke kamarnya. “apa yang kau lakukan sangat berisik, cepat suruh mereka pergi, cepat” teriak Bibi pada Hana.
Hana mulai mendekati teman-temannya “Mika” panggil Hana. Hana member isyarat kalau sudah saatnya mereka pergi. Mika dan teman-temannya berteriak histeris karena mereka sama sekali belum melihat Yun soo. Mika membuka pintu kamar Yun soo, tepat disaat Yinghua ingin mencium pipi Yun soo. “setiap orang hanya bisa mengatakan satu pernyataan” ucap Mika dan menyuruh temannya maju mendekat ke arah Yun soo sementara dirinya mundur ke belakang.
“kuharap kau membaik” “kau harus bekerja keras demi menjadi atlet judo, kau sangat manis” “Yun soo Oppa adalah idolaku” ucap teman Hana histeris bahkan memeluk temannya yang tepat berada disampingnya “besok aku akan datang” ucap teman Hana yang lain. Setelah semua mendapat giliran tiba giliran Mika. Mika menyuruh yang lainnya keluar sehingga dirinya bisa berdua dengan Yun soo.
“aku juga setengah korea, Yun soo Oppa saranghaeyo” ucap Mika dan mencium pipi Yun soo. Tiba-tiba teman-teman Mika membuka pintu kamar Yun soo. Mika terkejut bukan main dan berlari pergi dengan muka malu. “sayonara” teriak Mika sebelum pergi dan disusul teman-temannya.
Hana hanya bisa memandangi kakaknya yang tergolek lemah begitu teman-temannya pergi. Hana merasa bersalah karena sudah membiarkan teman-temannya menganggu istirahat Yun soo.
Hana kemudian mencuci baju dan melihat baju yang Yun soo kenakan saat mengejar dirinya ke Tokyo.
Hana memasak bubur untuk Yun soo. Bibi Hana tiba-tiba datang dan berteriak saat Hana memasukkan makanan laut ke dalam bubur. “apa yang kau lakukan?kau tahu ini sangat mahal. Aku akan memberikannya kepada Maya dan tidak ada yang tersisa untuk pria itu” . “tapi Oppa….” Ucap Hana sedih “kau bahkan memikirkannya, aku sebenarnya tidak rela nasi kita dimakan olehnya, jangan menyentuh ini lagi”ucap Bibi Hana dan mendorong Hana.
Hana hanya bisa pasrah melihat sikap Bibinya yang lebih mementingkan Maya daripada Yun soo yang terbaring lemah. Hana dengan ketakutan mulai mengoleskan balsem ke tubuh kakaknya yang lebam. Saking takutnya, Hana menggosok tubuh Yun soo dengan keras hingga Yun soo mengerang kesakitan. Hana terkejut dan memutuskan menggosokkan balsem ke kaki Yun soo.
Yun soo terbangun dari tidurnya. Hana membantu kakaknya dan wajah mereka saling berdekatan. Yun soo kemudian mengatakan sesuatu kepada Hana
“JIKA KAKIKU TIDAK DINGIN, MAKA HATIKU YANG AKAN DINGIN”.

Hana kembali mencari apa arti yang diucapkan Yun soo di kamusnya. “Jika kakiku tidak dingin maka hatiku yang dingin”. Hana mengingat saat dirinya pertama kali bertemu dengan Yun soo, di pagar pembatas Bandara. Yun soo memang tidak memakai pengalas kaki dan membiarkan kakinya menyentuh salju yang dingin. Hana akhirnya menyadari semua yang dilakukan kakaknya.
Hana membuka penutup jendela hingga dirinya bisa melihat salju yang turun di luar kamarnya. Hana mendekat ke jendela dan membuka jendela. Hana mengulurkan tangannya ke depan hingga menyentuh salju yang dingin. Hana tersenyum dan bergumam “Oppa”. Hana sama sekali tidak menyadari keberadaan Yun soo yang berdiri tepat di sampingnya.

Saat Hana berbalik ke samping, Hana melihat Yun soo berdiri. Hana terkejut dan dengan cepat menutup jendela. Yun soo berbalik menghadap Hana. Yun soo perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke jendela dan mencium kening Hana.
Hana hanya bisa terdiam dan terpaku. Yun soo kembali berdiri disamping jendela Hana dengan kaki yang tetap menyentuh salju. Seperti yang dibisikkan Yun soo kepada Hana "Jika kakiku tidak dingin, maka hatiku yang akan dingin".
Keesokan harinya, Bibi Hana dan Hana mengantar kepergian Maya yang akan menghadapi ujian agar bisa masuk ke universitas Tokyo, tempat Ryu menimba ilmu. Maya mengeluh kepada ibunya kalau semalam dia tidak bisa tidur nyenyak karena Hana terlalu berisik. Bibi Hana menatap tajam ke arah Hana, namun kali ini dia tidak memarahi Hana karena lebih mementingkan Maya yang akan pergi ke Tokyo. “apa kau tidak mempunyai sesuatu yang akan kau katakana pada saudaramu?” tanya Bibi Hana “semoga berhasil kak Maya” ucap Hana.
Hana bergegas mengambil sepedanya dan kembali bertemu dengan Yun soo yang sudah menunggunya daritadi. Hana merasa deg-degan ketika berdekatan dengan kakaknya, entah perasaan apa yang muncul di hatinya. Hana berusaha menepis semuanya, namun Yun soo sudah terang-terangan menunjukkan rasa sayangnya kepada Hana, bukan rasa sayang sebagai seorang saudara tetapi rasa sayang seorang Pria kepada wanita yang dicintainya. Hana berusaha menyakinkan pada dirinya kalau orang yang disukainya adalah Kakak Ryu, Yun soo hanya kakak baginya.
Yun soo memegang tangan Hana dan melepaskan sarung tangan pink dari tangan Hana. Hana berusaha melepaskan tangannya dari Yun soo, namun Yun soo tidak membiarkan tangan Hana lepas dari genggamannya hingga mereka sampai di sekolah.
“Yun soo-kun bagaimana kabarmu? Ayo kita pergi nonton film bersama-sama. Aku sudah belajar bahasa korea semalaman” ucap teman Hana begitu melihat Hana dan Yun soo. Mereka kemudian menarik Yun soo pergi. Hana hanya bisa melihat kakaknya dibawa pergi oleh teman-temannya begitupun dengan Yun soo yang hanya bisa melihat Hana dan tidak bisa berbuat apa-apa.
“coba lihat ini, aku tidak tidur semalaman demi belajar bahasa korea” ucap Mika begitu Hana duduk disampingnya. Sementara itu, Yun soo berhasil meloloskan diri dari teman-teman Hana dan duduk di bangkunya. Yun soo sesekali mencuri pandang ke arah Hana yang asyik mengobrol dengan Mika.
Mika tiba-tiba berdiri dan menuju ke bangku Yun soo. “Yun-soo saranghae, maukah kau menjadi kekasihku?” tanya Mika. Hana terlihat terkejut mendengarnya dan tiba-tiba rasa cemburu muncul di dalam hatinya apalagi Mika mencium tangan Yun soo dengan mesra. Yun soo melirik ke arah Hana, Hana dengan cepat tersenyum berusaha menyembunyikan rasa cemburunya. Senyum Hana terlihat dipaksakan.
Mika menuruni tangga, melirik ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan Yun soo. Mika sampai-sampai tidak memperdulikan Hana yang memanggilnya.
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Hana dan membawanya ke ruang penyimpanan sapu. “Yun soo” teriak Mika dari luar. Hana hanya bisa tersenyum melihat Mika yang sedang sibuk mencari Yun soo yang saat ini sedang bersembunyi bersama Hana. Hana tiba-tiba menyadari kalau wajahnya dan Yun soo sangat dekat.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...