Senin, 07 April 2014

[Recap] New Tales Of Gisaeng Episode 18

=Episode 18=
Aku bukan anak kandung ke dua orang tuaku


Da Mo bukanlah typical orang yang mudah menyerah. Dengan sedikit ancaman akan memencet bel rumah Sa Ran di tengah malam, Da Mo berhasil mengajak Sa Ran berbicara di taman. 

“apa yang salah dengan wajahmu? Apa kamu sakit?” tanya Da Mo membuka pembicaraan
“bukankah kita sudah sepakat untuk tidak bertemu lagi” ucap Sa Ran mengabaikan pertanyaan Da Mo
“aku sudah menerima kartu” ucap Da Mo lagi
“jika ada hal yang ingin kamu katakan, katakan saja” ucap Sa Ran malas berbasa basi
“jadilah putri angkat keluarga kami. Orang tuaku selalu menginginkan anak perempuan dan aku benar-benar ingin memiliki seorang adik perempuan tapi itu tidak mungkin. Kamu tidak harus tinggal dengan kami, datanglah berkunjung ke rumah sesekali. Kamu bahkan bisa ke perguruan tinggi. Kamu tidak perlu menjawabnya hari ini, walaupun aku bisa terus menunggu tapi ini adalah permintaan Nenek yang sudah meninggal”
“aku tahu, aku akan memberikan jawaban hari ini. Terima kasih karena sudah mengatakan hal ini”
“kamu tidak mau?” tanya Da Mo sedikit terkejut karena Sa Ran menolak tawarannya
“bagaimana kamu berpikir tentang jawabanku, apa kamu benar-benar tidak mengerti? Kamu benar-benar keterlaluan bahkan hingga detik ini dan membuatku sangat kecewa”
“pikirkan hal ini dengan bijaksana, kamu tidak akan rugi” bujuk Da Mo
“aku tidak menginginkan ataupun mengejar apapun. Tidak seperti seseorang yang menipu, memainkan lelucon dan berkhianat. Tidak ada hal seperti itu kecuali dalam imajinasi satu orang”
“kamu bodoh” ucap Da Mo
“orang bodoh jauh lebih baik dari penipu”
“lalu jadi adikku, aku tidak akan mengecewakanmu” janji Da Mo
“kenapa?”
“karena aku tahu, aku salah”
“dan membiarkanmu menebus kesalahan, tidak perlu. Aku tidak mengharapkan apapun darimu”
“jangan terlalu sombong, ini bagaimana cara orang berpikir…. Hubungan kita tidak melewati batas. Hubungan sebagai sepasang kekasih sudah selesai, mari kita menjadi adik kakak”

Aku merasa tidak bisa melakukan apa-apa tanpa melihatmu~Da Mo

“kita sudah seperti vas yang hancur, bagaimana kita bisa berhasil menjadi kakak dan adik. Jawabannya hanya terletak pada tidak melihat satu sama lain. Aku tidak ingin melihatmu lagi” ucap Sa Ran. Sa Ran menyadari tidak ada lagi yang bisa diharapkannya dari Da Mo. Da Mo hanya ingin mempermainkannya dan tidak ingin serius menjalani hubungan….membuatnya naik ke awan dan menghempaskannya dengan begitu kejam ke bumi. Tapi bagi Da Mo sendiri, hatinya sebenarnya sudah mulai tersentuh saat pertama kali melihat Sa Ran dan mulai jatuh cinta seiring berjalannya waktu tapi Da Mo terlalu malu mengakuinya. Egoismenya masih dijunjung terlalu tinggi. Da Mo tidak bisa mengekpresikan perasaannya terhadap Sa Ran.
“kamu berbohong” teriak Da Mo saat Sa Ran pergi dan berhasil menghentikan langkahnya. “Dan Sa Ran, baiklah aku minta maaf… aku tidak akan mencarimu lagi. Apakah kamu tidak mengerti hatiku?” ucap Da Mo berusaha membujuk Sa Ran sekali lagi
“lalu apa kamu mengerti hatiku?” tanya Sa Ran balik namun Da Mo hanya terdiam dengan wajah yang diliputi kesedihan.
Sa Ran dan Da Mo sama-sama menyembunyikan perasaannya…. T^T
Hyo Ri mengajak suaminya berbincang. Sudah saatnya mereka mengungkapkan fakta yang sebenarnya pada Ra Ra jika Ra Ra sebenarnya adalah anak kandung mereka dan bukan anak Eo San dan Joo Hee. Kang San terlihat berpikir…. Hal yang dikhawatirkannya adalah bukan pada Eo San dan Joo Hee tetapi Ra Ra. Bisakah Ra Ra menerima kenyataan ini? 
Subjek yang sedang mereka bicarakan saat ini sedang berada di restoran tempat Sa Ran bekerja…. Ra Ra dan sahabatnya mengunjungi Sa Ran untuk melihat Sa Ran dengan pekerjaan barunya. Ah Mi merasa kasihan dengan kondisi Sa Ran saat ini. Dulu Sa Ran berkecukupan tetapi semenjak restorannya bangkrut, Sa Ran harus bekerja demi memenuhi kebutuhannya.
Nenek Ra Ra mengajak Eo San berbicara…. Pencarian terhadap anak Eo San dan Soon Duk harus dihentikan. Kematian Kakek Ra Ra semuanya terjadi karena fokus memikirkan anak yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Nenek Ra Ra juga melarang putranya untuk bertemu dengan Soon Duk lagi. 
Hwa Ja mulai bertindak sesuka hatinya… tindakannya terhadap Sa Ran semakin tidak terkontrol. Saat Sa Ran masih tertidur pulas karena bekerja hingga tengah malam, Hwa Ja meminta suaminya untuk menyuruh Sa Ran menyiapkan sarapan pagi. Alasannya ??? karena dirinya tidak enak badan. Tak hanya itu semua pekerjaan rumah termasuk mencuci piring, membersihkan rumah, mencuci baju dan membuat kimchi dikerjakan Sa Ran. Hwa Ja sengaja melakukannya agar Sa Ran tidak betah di rumah dan membuat keputusan untuk bekerja di Buyonggak.

Rencana Kang San dan Hyo Ri akhirnya dijalankan… mereka menemui Ra Ra disaat Nenek, Joo Hee dan Eo San tidak ada di rumah.
“kamu jangan terkejut setelah mendengar ini. Ini tergantung bagaimana cara kamu memandangnya. Apakah kamu mencintai Ayah dan Ibumu?” tanya Hyo Ri membuka pembicaraan
“tentu saja”
“bagaimana dengan kami? Orang yang sebenarnya melahirkanmu bukan Ibumu tetapi aku”
“apa yang Bibi katakan?” tanya Ra Ra mulai bingung
“aku adalah orang yang melahirkan kamu Ra Ra. Memang benar Ibu dan Ayahmu adalah orang tuamu. Kakak dan adik Ipar menikah di bulan Februari, pada saat itu aku telah mengandung. Kakak ipar punya masalah dengan kandungannya sebelum menikah dan salah satu rahimnya harus diangkat. Kemungkinan hamil adalah 50:50. Kakekmu meminta kami untuk memberikan kamu kepada Ayah dan Ibumu, kami tidak memiliki pilihan. Kami dilarang menemuimu sampai umur 5th, apakah kamu tahu bagaimana rasa sakitnya? Oleh karena itu kami bukanlah paman atau bibimu, kami adalah orang tua kandungmu”
“maldo andwae”
“25th sudah berlalu, kamu pasti tidak bisa menerimanya… jika kamu tidak mempercayainya aku bisa memperlihatkanmu gambar hasil USG 25th lalu. Mari kita berkumpul bersama lagi, aku benar-benar merindukanmu putriku”
“apa kamu percaya pada kami?” tanya Kang San pada Ra Ra yang terus terdiam
“aku percaya, aku bisa mempercayainya. Aku hanya akan berpura-pura tidak mendengarkan percakapan ini. Biarkan aku tetap hidup seperti ini, apa gunanya hanya melahirkan jika tidak menjagaku. Jika itu aku, aku tidak akan pernah memberikan anakku pada orang lain. Ayah dan ibu yang sudah membesarkanku dan sekarang kalian berencana mengambil aku dari mereka? Mulai sekarang jangan pernah membahas hal ini lagi dan mengungkapkannya kepada semua orang. Orang tua yang sudah membuang anaknya haruskah anak tersebut memaafkan dan menerimanya? Bagiku anda akan tetap menjadi Bibi dan Pamanku” ucap Ra Ra sedih dan kesal. Ra Ra memilih meninggalkan paman dan bibinya menuju ke kamar.
Mendengar kenyataan yang sebenarnya membuat Ra Ra bersedih. Ra Ra tidak membenci Ayah dan Ibunya sekarang ataupun Kakeknya tetapi yang membuatnya kecewa adalah mengetahui kenyataan jika orang tua kandungnya rela melepaskannya dan membiarkan dirinya dirawat orang lain…

Nenek Ra Ra masih diliputi kesedihan…. Biasanya di dalam kamar saat dirinya akan tertidur, suaminya selalu ada menemaninya. Sekarang yang ada hanya sebuah foto yang terus dipandanginya sebagai pengganti sosok sang suami yang telah tiada.
Tak hanya Nenek, Ra Ra juga masih merasakan hal yang sama. Kehilangan sosok Kakek dan sekarang harus menerima kenyataan jika Ibu yang selama ini sangat disayanginya ternyata adalah Bibinya benar-benar menyedihkan. Ra Ra merajuk manja layaknya anak kecil yang meminta mainan… dipeluknya sang ibu dari belakang dan air mata yang terus menerus memaksa untuk keluar dari pelupuk mata ditahannya. “memiliki seorang Ibu seperti Ibu benar-benar baik” ucap Ra Ra.
Hwa Ja kembali melancarkan aksinya, kali ini kepada suaminya…. Hwa Ja terus membujuk Ayah Sa Ran agar menasehati Sa Ran untuk memikirkan tawaran bekerja di Buyonggak. Kebutuhan hidup semakin besar, belum lagi dengan biaya sekolah Gong Joo dan sewa apartemen yang tidak bisa dibayar hanya dengan mengharap penghasilan Hwa Ja dan juga suaminya. Dengan bekerjanya Sa Ran di Buyonggak, Sa Ran bisa menghasilkan uang lebih banyak dan juga mendapatkan pengalaman baru.
Di episode sebelumnya, kita bisa melihat Joo Hee yang memikirkan sesuatu. Dan yang dipikirkannya ternyata adalah perceraian. Joo Hee ingin bercerai dengan Eo San karena tidak adanya rasa cinta diantara mereka sedari awal. Alasan Joo Hee terus bertahan adalah karena menghormati Ayah mertuanya dan sekarang ayah mertuanya telah tiada. Bukannya menolak, Eo San menyetujuinya…. Sepertinya Joo Hee sudah lama merencanakan hal ini dan sekarang adalah saat yang tepat.

Ayah Sa Ran sepertinya termakan ucapan Hwa Ja. Keesokan harinya, Ayah Sa Ran mengajak Sa Ran berbicara dan meminta Sa Ran untuk bekerja di Buyonggak. Sa Ran tentu saja terkejut, bagaimana bisa Ayahnya sendiri menyuruhnya menjadi gisaeng? Menari di depan orang mabuk dan menghibur mereka. Lagi dan lagi, mengapa semua beban dibebankan kepadanya?
Hwa Ja yang sedaritadi bersembunyi di kamar dan menguping bergegas keluar saat mendengar Sa Ran menolak dan berbicara dengan emosi yang meledak-ledak. Hwa Ja ikut berkomentar dan membuat Sa Ran semakin tersudut. Sa Ran memilih masuk ke dalam kamarnya dan keputusannya masih tetap sama, tidak akan bekerja di Buyonggak.
Ra Ra datang berkunjung ke kediaman Sa Ran. Tujuannya adalah memberikan hadiah tas kepada Sa Ran yang telah membantu selama proses penguburan Kakek. Ra Ra juga bertanya tentang kabar Gong Joo dan Son Ja dan meminta menyampaikan ucapan terima kasih karena sudah berbaik hati mengantarkan Ra Ra pulang ke rumahnya.
Hwa Ran melakukan chek up rutin di rumah sakit Eo San. Tak lupa Hwa Ran membawa bunga dan menyarankan kepada Eo San agar membawa Ibunya ke Buyonggak supaya tak merasa kesepian. Bisa ditebak, tujuan Hwa Ran adalah ingin menjadi lebih dekat dengan Eo San. Hwa Ran diam-diam menyukai Eo San.
Makan siang bersama adalah hal yang dilakukan Gong Joo dan Son Ja. Di sela-sela menunggu makan siang, Gong Joo kembali bertanya tentang Ayah Son Ja. Apa Son Ja tidak memiliki fotonya dan dijawab Son Ja tidak. 
Hyo Ri mengurung diri di kamarnya… kenyataan pahit mendengar semua ucapan Ra Ra membuat Hyo Ri terpuruk dan yang bisa dilakukannya adalah menangis sepanjang waktu. Hyo Ri bahkan enggan untuk makan dan yang bisa dilakukan Kang San adalah menasehatinya jika Ra Ra tidak mudah untuk menerima semuanya. Yang bisa mereka lakukan adalah bersabar.
Pasangan Eo San dan Joo Hee mulai mengurus perceraian mereka.
Matahari baru saja menunjukkan dirinya dan Hwa Ja mulai membuat Sa Ran kesal. Kali ini dengan meminum susu kemasan Sa Ran yang sengaja disimpan di kulkas dan hanya menyisakan sedikit untuknya. Hwa Ja membaginya dengan Gong Joo (Gong Joo saat itu sedang tertidur dan dipaksa minum susu oleh Ibunya) dan meletakkan gelas bekas susu di kamar Son Ja, ckckckck…. Parah nih Hwa Ja.
Mengetahui kenyataan yang sebenarnya membuat Ra Ra mulai perduli dengan anggota keluarganya…. Jika dulu di pagi hari, Ra Ra masih tertidur pulas di kamarnya kali ini Ra Ra bangun lebih pagi dan mengecek keadaan Neneknya yang masih bersedih karena kepergian Kakek. 
Tindakan Hwa Ja yang kelewatan tak hanya berhenti pada insiden susu… kali ini Hwa Ja menempatkan semua sepatu Sa Ran di balkon dan sepatu milik anggota keluarga lainnya tetap diletakkan di tempatnya. Alasannya karena sepatu Sa Ran terlalu banyak dan memakan tempat. Keributan kecil tak dapat dielakkan dan saat Ayah Sa Ran muncul, Hwa Ja memutar balikkan fakta dengan mengatakan jika Sa Ran terlalu emosi karena sepatunya diletakkan di balkon padahal Hwa Ja akan memindahkan semua sepatu ke balkon. Hwa Ja bahkan menambahkan jika akhir-akhir ini Sa Ran menjadi mudah marah karena baru saja putus dengan pacarnya.
Air mata membasahi pipi Sa Ran… bagaimana bisa ayah yang sangat disayanginya lebih mendengarkan kata-kata wanita yang baru beberapa waktu dinikahinya dibandingkan dirinya yang telah menghabiskan ¼ abad dengan Sa Ran. 
Hwa Ran mengunjungi kediaman keluarga Ra Ra. Tujuannya adalah untuk bersilaturahmi dengan Joo Hee dan juga Nenek Ra Ra. Saat bertemu dengan Ra Ra, ke dua-duanya sama-sama terkejut. Dunia sangat kecil. Hwa Ran juga ikut makan siang bersama bersama keluarga Ra Ra.

Malam harinya
Kali ini Da Mo kembali bertemu dengan seorang wanita. Mereka membuat janji makan malam bersama di sebuah restoran dan tebak restoran yang didatangi Da Mo adalah restoran tempat Sa Ran bekerja. Saat melihat serbet di atas meja, Da Mo terpaku dan pikirannya seketika tertuju pada Sa Ran.
Da Mo melemparkan pandangannya ke sekeliling dan tanpa sengaja melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya…. Senyuman Sa Ran dan juga keindahan yang dipancarkannya membuat Da Mo terdiam. Kediamannya terus berlanjut saat Sa Ran menyadari kehadiran Da Mo. Seperti orang yang tidak saling mengenal, Sa Ran melangkah pasti melewati Da Mo yang hanya bisa tertunduk dan tak berbuat apa-apa bahkan untuk sekedar menyapanya.
Da Mo tidak terlalu fokus pada sosok wanita di depannya… yang lebih menarik perhatiannya adalah sosok Sa Ran yang sibuk lalu lalang melayani pesanan tamu. Sedangkan Sa Ran sendiri berusaha terlihat tegar dan kuat melihat sosok pria yang masih dicintainya sedang bersenda gurau dengan wanita lain…. 
Saat keluar dari restoran, bunyi klakson dari salah satu mobil membuat langkah Sa Ran terhenti. Da Mo turun dari mobil hendak menyapa Sa Ran tapi yang dilakukan Sa Ran adalah bergegas pergi dan membuat Da Mo kembali mengancamnya akan pergi ke rumahnya.
Di kedai kopi
Disinilah Da Mo dan Sa Ran sekarang berada.
“apa yang ayahmu lakukan? Aku bertanya apa yang dia kerjakan?” tanya Da Mo
“mengapa?” tanya Sa Ran balik
“hanya ingin tahu”
“pengangguran. Apa yang ingin kamu katakan?”
“kirimkan cv ayahmu, aku akan mencarikan pekerjaan yang cocok untuknya”
“aku tidak ingin melihatmu, apa tidak ada restoran lain?” jawab Sa Ran…. Da Mo saat ini bertindak bak seorang pahlawan.
“aku tidak tahu jika kamu kerja disana, berapa gaji bulananmu?”
“aku sedang dalam masa percobaan”
“berapa lama? Jangan bekerja disana lagi”
“apakah kamu tahu kamu itu tipe seperti apa? Membiarkan seseorang sakit dan memberikannya obat. Kita tidak perlu bertemu lagi, bahkan jika kita bertemu lagi bersikaplah seolah kita tidak saling mengenal. Mengapa kamu menungguku dan membuatku menjadi terganggu? Seperti yang sudah aku katakan, aku tidak menyukai wajah dan suaramu” ucap Sa Ran menegaskan
“ada lagi? Apa sudah selesai? Kali ini biarkan aku berbicara dan jangan memotongnya” ucap Da Mo.
=BERSAMBUNG=

4 komentar:

  1. Sedih sangat melihat sa ran .....
    Mba Dewi suka episod brpaa...??????

    BalasHapus
  2. Sip, lanjutkan sampai episode terakhir (y)

    BalasHapus
  3. kakk, episode 19 sampai terakhirnya kapan mau di posting lagi? sinopsisnya dibuat lengkap ya kakk:) aku bantuin promosiin situs ini dehh. terimakasih sebelum nyaa =D

    BalasHapus
  4. Sedih banget ceritanya,,,,episode selanjutnya gmna sis?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...