Jumat, 08 Juli 2011

[Sinopsis] Tree Of Heaven Episode 3



Namaku Hana, Putri dari keluarga yang selalu tinggal di salju. Ayah, sampai jumpa.

Ayahku meninggal saat aku berusia 8 tahun, 10 tahun kemudian ibuku menikah lagi. Aku punya ayah baru dan seorang kakak. Yun soo Oppa.


Mata yang kosong, sangat dingin membuat hatiku sakit. Kakak tidak pernah membuka hatinya untuk orang lain, jadi dia tidak pernah mengatakan sepatah katapun. Mereka semua berpikir kakakku aneh, tapi aku bisa mengerti dia. Dia kehilangan ibunya di usia muda yang sama denganku. Aku belajar bahasa korea untuk kakakku.


Saat orang tuaku pergi, perlakuan Bibi dan Maya berubah terhadapku, mereka menyiksaku setiap hari. Hanya kakak yang selalu memberiku kenyamanan. Perasaan kami perlahan-lahan mulai berubah, kakak berhasil melewatinya dan menyatakan cintanya padaku.


Aku senang saat berkencan dengan kakak Ryu, jadi aku meninggalkan kakak. Malam itu, kakakku bicara untuk pertama kalinya “MIDO, YONGWONHI”. KAKI YANG DINGIN AKAN MEMBUAT HATI HANGAT, aku tahu aku tidak boleh begini, tapi setiap hari aku menyadari semakin mencintai kakak.

Hana bersembunyi di ruang penyimpanan sapu bersama dengan Yun soo. Sayup-sayup terdengar suara Mika yang terus memanggil Yun soo. Hana hanya tertawa mendengar dan melihat Mika yang sibuk mencari kakaknya dari balik celah pintu. Hana tiba-tiba menyadari kalau jarak antara dirinya dan Yun soo sangat dekat, hingga dirinya dapat merasakan denyut jantung kakaknya. Begitupun dengan Yun soo.
Hana mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka. Hana tiba-tiba mendorong Yun soo keluar dari ruang penyimpanan sapu, tepat disaat Mika masih mencari Yun soo. “Yun soo, kau tahu betapa sulit aku mencarimu?” teriak Mika dan teman-teman Hana yang lain. Hana hanya bisa melihat Yun soo dibawa pergi teman-temannya dan menghela nafas.
Mika menarik tangan Yun soo menuju tempat parkir sepeda. Disana Hana sudah menunggu mereka. “pulanglah duluan, please” pinta Mika pada Hana. Mika kemudian meminta tolong kepada Yun soo untuk memperbaiki sepedanya yang rusak “ini rusak, tolong perbaiki” ucap Mika terbata-bata sambil membaca kamus bahasa Korea.
“kenapa belum pulang?tolong pulanglah sekarang” pinta Mika pada Hana yang masih berdiri mematung dan melihat dirinya dan Yun soo mengobrol. Hana berusaha tersenyum dan akhirnya menuruti kemauan Mika sahabatnya.
Yun soo yang sibuk memperbaiki sepeda Mika, terkejut saat menyadari kalau Hana sudah pulang duluan dan meninggalkannya. Yun soo melihat kesekeliling. “maukah kau mengantarku pulang, ah tidak tolong antarkan aku pulang” ucap Mika tiba-tiba. Yun soo tidak memperdulikannya dan kembali mencari Hana “antarkan aku pulang” rengek Mika.
Mika melambaikan tangan pada Hana yang ternyata masih berada di area sekolah. Hana hanya bisa tersenyum melihat Mika sekarang berada di boncengan kakaknya. Hana menyadari kalau dirinya tidak bisa seperti ini, Yun soo adalah kakaknya.
Ryu sedang memakir mobil dan tersenyum saat melihat Hana melintas. “Hana” sapa Ryu “Halo” jawab Hana singkat, pikirannya saat ini masih tertuju pada Yun soo dan Mika “ada apa denganmu, tampaknya kau baru saja kehilangan cintamu?” tanya Ryu mencoba menggoda Hana “apa?” tanya Hana tidak mengerti “baguslah kalau aku salah” ucap Ryu. Hana tersenyum “tidak seperti itu, aku sedang dalam perjalanan pulang” “benarkah, bisakah kau bicara denganku?” tanya Ryu.
Ryu mengajak Hana mengobrol di dekat kolam permandian air panas tempatnya menginap.
“kau jangan bersama kakakmu hari ini, maaf waktu itu aku memukul terlalu keras, aku dengar dia tidak bisa pergi ke sekolah” ucap Ryu
“tidak sama sekali, sekarang dia bisa pergi kencan” ucap Hana sedikit emosi
“benarkah, baguslah” ucap Ryu dan tertawa “tapi kenapa kau seperti itu?” selidik Ryu. Ryu sepertinya tahu kalau Hana cemburu dan kehilangan tanpa Yun soo disampingnya.
“aku pulang dulu” jawab Hana dan tidak menjawab pertanyaan Ryu yang menyudutkan dirinya
“aku akan bepergian di kelulusan kali ini bersama yang lainnya , apa kau mau ikut denganku? Mungkin ini akan menjadi kenangan terakhir” ucap Ryu tiba-tiba.
Ryu mengantar Hana menuju sepedanya. Ryu tiba-tiba memegang tangan Hana dan menyelipkan sebuah ponsel. “ini ponsel untukmu dan di dalamnya sudah ada nomor teleponku, hubungi aku nanti saat kau mau bermain piano atau merindukanku. Aku masuk dulu” ucap Ryu dan berlalu pergi.
Hana tersenyum melihat ponsel yang diberikan Ryu. Baru saja Hana ingin mengayuh sepedanya, dirinya dikejutkan dengan kehadiran Yun soo di seberang jalan. Yun soo menatap Hana dengan tatapan kosong seperti yang biasa dilakukannya. Yun soo rupanya sudah lama menunggu Hana dan melihat semua yang terjadi pada Hana dan Ryu.
“Oppa” gumam Hana terkejut dan berjalan kearah Yun soo. Yun soo pun melakukan hal yang sama, berjalan ke arah Hana. Yun soo merebut paksa Handphone pemberian Ryu dari tangan Hana dan membuangnya ke tanah, Tidak cukup sampai disitu, Yun soo bahkan menginjaknya. Hana memungut Handphone pemberian Ryu namun Yun soo kembali merampasnya dan membuangnya ke tanah. Hana lagi-lagi memungutnya dan Yun soo sekali lagi merebut dari tangan Hana dan kembali membuangnya. Hana mulai kesal dan kembali mengambilnya. Yun soo pun akhirnya berjalan meninggalkan Hana.

“Oppa, Oppa” panggil Hana namun Yun soo tetap berjalan “jangan menemuinya lagi” ucap Yun soo tiba-tiba dan menatap tajam Hana “aku bilang jangan menemuinya” teriak Yun soo emosi “kenapa?” tanya Hana tak kalah emosinya “kenapa?kenapa?” tanya Hana lagi dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. Yun soo terdiam dan menatap Hana “aku menyukaimu, aku bilang aku menyukaimu”. Hana sedikit terkejut mendengar ucapan Yun soo, namun dirinya berusaha tetap tenang. Hana memang sudah lama tahu kalau kakaknya menyukai dirinya, apalagi tindakan kakaknya yang terlalu protektif terhadap dirinya dan dirinya yang tiba-tiba berubah menjadi pemarah saat Hana menemui Ryu.
“aku juga menyukaimu, mencintaimu” teriak Hana “tidak seperti itu, kalau begitu katakan padaku kalau kau juga menyukaiku?” tanya Yun soo. Hana terdiam sesaat “Oppa adalah kakak Hana, ini tidak boleh, andwaeyo. Oppa adalah Kakak Hana dan Hana adalah adik kakak” ucap Hana sedih “apa kau benar menganggapku sebagai kakakmu? Benarkah? Kau juga menyukaiku, kau menyukaiku. Kau mencintaiku kan?” teriak Yun soo sambil mengguncang-guncangkan tubuh Hana. Emosinya yang tadi mulai reda kembali tersulut saat mendengar jawaban Hana yang hanya menganggapnya sebagai kakak. “benar, aku menyukaimu, jadi aku membencimu. Aku benci diriku sendiri dan membencimu” teriak Hana dan berjalan meninggalkan Yun soo yang berdiri terpaku.
Hana bergegas ke kamar kakaknya dan mulai mencari sesuatu. Hana sudah menduga kalau buku gambar kakaknya pasti akan berisikan semua gambar tentang dirinya. Hana merobek lembar demi gambar hasil tulisan tangan Yun soo dengan emosi. Yun soo tiba-tiba datang dan mencoba menghentikan Hana.
“kau bilang kau mencintaiku?” tanya Yun soo
“aku mencintai Ryu Sunbae. Aku akan mencintai kakak Ryu” ucap Hana sedih dan mulai menangis. Hana sadar kalau dirinya juga mulai menyukai kakaknya, tetapi perasaan itu harus segera ditepisnya, karena Yun soo adalah kakaknya dan cinta Yun soo padanya dan cinta Hana pada Yun soo adalah terlarang.
“kau bohong, itu bohong, BOHONG” teriak Yun soo emosi dan tanpa terasa air matanya perlahan-lahan menetes. Yun soo mulai membanting setiap barang yang dilihatnya dan hal itu membuat Hana ketakutan “katakan padaku perasaanmu yang sebenarnya, tidakkah kau menyukai aku? Tidakkah kau menyukai aku?”
“aku menyukai kakak, jadi aku benci. Oppa, aku membencimu” ucap Hana masih dengan jawaban yang sama.
Hana berlari keluar dan tanpa sengaja menabrak Maya. Maya heran melihat Hana yang berantakan dan wajahnya yang dipenuhi air mata. Yun soo tiba-tiba datang dan mencoba menghentikan Hana “kau bohong, bohong” ucap Yun soo sedih. Hana tidak bisa berkata apa-apa dan berlalu pergi meninggalkan Yun soo yang terduduk lemah di lorong rumah.
Hana memutuskan berjalan ke luar rumah untuk menenangkan pikirannya. Saat Hana kembali ke rumah, Hana melihat Yun soo duduk menunggunya dan tetap tidak mengenakan pengalas kaki. Hana hanya bisa memandangi Yun soo dari kejauhan dan perlahan-lahan berjalan masuk, mencoba untuk tidak melihat Yun soo. Yun soo berusaha menahan Hana namun Hana teap berlalu masuk ke dalam rumah.
Hana, Bibi, Maya dan Yun soo makan bersama. Yun soo terus memperhatikan Hana dan mencoba menghalangi Hana mengambil makanan. Bibi Hana tiba-tiba mengambil makanan yang sedang diperebutkan Hana dan Yun soo “ini untuk Maya” ucap Bibi. “apa kau benar-benar akan mengirimku ke universitas?” tanya Maya pada ibunya dan tidak memperdulikan apa yang sedang dilakukan Hana dan Yun soo “tentu saja anakku” jawab Bibi Hana.
Hana sama sekali tidak memperdulikan Yun soo. Hal itu membuat Yun soo mencari jalan lain dengan menendang kaki Hana di bawah meja. Hana merasa terganggu dengan kelakuan Yun soo, apalagi Hana sampai menyenggol Maya yang duduk disampingnya. Hana memutuskan menarik kakinya ke belakang dan disaat yang bersamaan, Bibi Hana menjulurkan kakinya. Yun soo mencoba menendang Hana, namun tendangannya kali ini menendang kaki Bibi. “ada apa ini?” teriak Bibi Hana yang hampir saja terjatuh.
Yun soo menunggu Hana di depan pintu kamar. “apa kau membenciku?benarkah itu yang kau mau katakan padaku?” tanya Yun soo. Hana hanya terdiam dan memalingkan mukanya. Yun soo tertawa “tidakkah kau menyukaiku?kalau begitu katakan padaku” ucap Yun soo. Hana tetap terdiam dan memutuskan masuk ke dalam kamar.
Maya menatap tajam Hana. Hana berusaha tidak perduli kepada Maya dan menuju ke meja belajarnya. Hana terkejut saat melihat Yun soo sudah menunggunya di depan jendela kamar Hana. Yun soo memberi isyarat agar Hana keluar namun Hana dengan cepat menutup tirai jendela.
Yun soo tidak menyerah dan mulai mengetuk jendela kamar Hana. Maya yang penasaran dengan apa yang terjadi pada Hana dan Yun soo mencoba bertanya “apa yang kalian lakukan?pertengkaran kekasih?”. Hana tidak menjawab pertanyaan Maya. Maya hanya tersenyum dan mencoba membuka penutup jendela kamar Hana tepat disaat Yun soo melemparkan batu ke jendela kamar Hana.
“apa yang terjadi?” tanya Bibi Hana tiba-tiba masuk ketika mendengar suara ribut dari kamar Maya dan Hana “apa ada yang sakit?” tanya Bibi Hana pada Maya “tidak apa” jawab Maya singkat dan melirik ke arah Hana “apa yang kau coba lakukan?” tanya Bibi Hana marah dan melihat ke jendela dan menemukan sebuah batu kerikil di atas meja kamar Hana “Omo, apa ada pencuri?” ucap Bibi Hana terkejut “mana mungkin ada pencuri yang mengetuk pintu” jawab Maya seakan-akan pertanyaannya ditujukan kepada Hana “apa, mengetuk pintu?kalau begitu ada orang yang sedang bergurau” ucap Bibi Hana.
Bibi Hana keluar dari kamar Maya dan Hana sambil mendumel. Tiba-tiba telepon di ruang tamu berbunyi “halo, oh Hana Omma, oh, kau akan kembali, kapan? Oh tentu saja kau harus datang menghadiri perayaan kelulusan Hana, oh, jangan mengkuatirkan disini, kita akan membicarakan setelah Hana sudah lulus, oh, ok, aku tahu”. Bibi Hana terlihat panik dan ketakutan mendengar telepon dari Ibu Hana yang mengabarkan kalau dirinya akan segera kembali ke Jepang.
Dengan cepat Bibi menelepon seseorang “Yomseo, ini permandian Hanluo, tidak ada yang ingin sekarang? Minta mereka untuk datang, aku akan menjualnya dengan harga yang murah, tolonglah, aku sedang ada urusan darurat”.
Yun soo berlarian mengejar Hana yang membawa sepeda dengan begitu cepat “Hana” panggil Yun soo, namun Hana sama sekali tidak bergeming. Yun soo tidak menyerah dan tetap mengejar Hana “apa kau terluka?” tanya Yun soo melihat Hana terjatuh dari sepeda. Hana sama sekali tidak menjawab dan mencoba untuk berdiri dengan lutut yang berdarah. Yun soo mencoba membantu Hana, namun Hana menepis tangan Yun soo.
Yun soo mengangkat sepeda Hana dan menyuruh Hana untuk duduk di jok sepeda. Hana awalnya menolak namun akhirnya menurut setelah dipaksa oleh Yun soo.
Yun soo tiba-tiba menghentikan sepeda dan membuangnya ke tanah karena Hana melepaskan genggamannya dari pinggang Yun soo. “apa kau benar-benar membenciku? Karena itukah kau berperilaku seperti ini?” tanya Yun soo namun Hana hanya terdiam “kau memutuskan untuk tak bicara hah?kau tidak menyukaiku? ” tanya Yun soo lagi dan Hana tetap diam.
Yun soo mengambil sepeda dan tanpa disadarinya Hana sudah berlari jauh mencoba menghindar dari dirinya. Yun soo dengan kecepatan penuh mengayuh sepedanya mencoba mengejar Hana.
Saat pelajaran sedang berlangsung dan Senpai sibuk menjelaskan di papan tulis, pandangan Yun soo terus tertuju kepada Hana. Hana bukannya tidak menyadari tatapan kakaknya, tetapi rasa bencinya pada dirinya sendiri membuatnya harus menepis semua perasaannya kepada Yun soo.
Mika yang duduk disamping Hana menyadari tatapan Yun soo ke kursi mereka. Mika menjadi salah tingkah dan menyangka kalau Yun soo mulai menyukai dirinya. “saranghae, saranghaeyo” bisik Mika dari kejauhan namun Yun soo sama sekali tidak perduli dan terus menatap Hana.
Bel istirahat berbunyi, para murid mulai mengeluarkan bekal makan siang mereka. Mika dan teman-temannya yang sangat tergila-gila dengan Yun soo mulai mendekati Yun soo yang saat itu duduk di hadapan Hana. Hana berusaha tidak perduli dengan sikap Yun soo.

Keren ya.....
Mika mengambil bekal makan siang Yun soo dan menukarnya dengan bekal makan siangnya yang sudah dihias secantik mungkin. Mika kemudian mengeluarkan secarik kertas “apa kakakmu akan ikut dalam acara kelulusan kita besok?” tanya Mika terbata-bata menggunakan bahasa korea. Hana hanya terdiam “coba tanya dia, minta dia ikut” rengek Mika pada Hana. Hana memandang ke dalam mata Yun soo mencoba mencari jawaban atas pertanyaan Mika, namun Yun soo tidak bereaksi dan hanya menatap Hana.
Hana kesal dan berjalan keluar kelas tanpa sempat menyentuh bekal makan siangnya. Yun soo tidak tinggal diam dan mencoba mengejar Hana. Maya yang melihatnya hanya tersenyum meledek.
“makanlah, kau pasti lapar” pinta Yun soo. Hana tidak menjawab dan menepis tangan Yun soo. “makanlah” teriak Yun soo, namun Hana tetap diam dan kemudian berlalu pergi. Mika yang heran melihat sikap Yun soo pada Hana mencoba mengikuti mereka. “Yun soo Oppa, kenapa kau marah?” teriak Mika.
Hana berlari ke dalam toilet, Yun soo tetap mengikutinya. Yun soo menarik paksa tangan Hana dan menyandarkannya di dinding.” Aku tahu, aku tahu hatimu. Jangan coba menjauhiku, makan makananmu, kau pasti lapar” ucap Yun soo sedih dan perlahan-lahan air matanya mulai menetes. “Yun soo, kenapa kau marah?” tanya Mika lagi, namun Yun soo berlalu pergi setelah memberikan kotak makan siang kepada Hana. Hana pun menangis melihat kakaknya menangis.
Yun soo duduk sendirian di tempat parkir sepeda. Pandangannya kosong.
Bibi Hana menyambut para pembeli yang akan membeli spring milih orang tua Hana. Mulai terjadi perbincangan antara makelar dan Bibi Hana. Bibi Hana mempersilahkan mereka untuk menginap selama sehari sambil mempertimbangkan rencana pembelian Spring. Maya tiba-tiba datang dan mengagetkan ibunya. “astaga, mereka sepertinya akan membelinya, kamu tinggal di dalam saja dan jangan katakan apapun pada Hana” ucap Bibi Hana memperingatkan Maya. “kau kira aku bodoh” ucap Maya girang dan mencium pipi Ibunya.
Bibi Hana tidak sengaja bertemu dengan Hana. “kenapa kau pulang sangat malam?” tanya Bibi Hana sambil sesekali melirik kamar calon pembeli spring. “maaf, aku akan membersihkan ruangan sekarang” ucap Hana “tidak perlu, ada tamu penting, kembalilah ke dalam” ucap Bibi Hana dan menahan tangan Hana. “aku yang akan melakukannya” tambah Bibi Hana dan kembali menemui makelar. Hana diam-diam mengintip Bibinya yang sedang berbicara dengan makelar. Hana tidak mengerti dengan apa yang mereka perbincangkan karena mereka menggunakan bahasa Korea.
Hana mengintip melalui jendela, berharap Yun soo pulang dan berdiri di samping jendela kamarnya. Namun Yun soo sama sekali tidak kelihatan. “ada apa?apa kau sedang menunggu kakak Yun soo?” tanya Maya sinis “tidak ada” jawab Hana singkat “benar-benar Ibu dan anak yang hebat. Apa kau mempelajari itu dari ibumu?cara menggaet pria?” tanya Maya lagi dan kali ini mendekat ke arah Hana. “jangan mengatakan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu” ucap Hana “semestinya kau, jangan mengganggu kakak Ryu lagi. Wanita sepertimu tidak cocok untuknya” ucap Maya “apa maksudmu?” tanya Hana “kau tidak mengerti? Yun soo dia kakakmu, tapi kau dan kakakmu sudah melangkah terlalu jauh, seperti kata orang, darah tidak bisa berbohong. Apa kau begitu bodoh sampai tidak bisa mengerti, ibumu mengenal banyak pria dan kau pun seperti itu” jawab Maya. Hana sangat marah mendengar ucapan Maya apalagi hal tersebut berhubungan dengan ibunya. Hana kemudian menampar Maya dan Maya pun tidak tinggal diam dan membalas tamparan Hana.
“kau sama dengannya” teriak Maya dan menjambak rambut Hana. Hana pun melakukan hal yang sama. Bibi Hana tiba-tiba masuk “apa yang kau lakukan, berani memukul putriku” teriak Bibi Hana dan memukul Hana dengan membabi buta. Maya pun tidak tinggal diam dan membantu ibunya.
Yun soo yang baru saja tiba dan mendengar suara ribut dari kamar Hana dan Maya bergegas ke kamar mereka. “hentikan” teriak Yun soo “pergi” teriak Bibi Hana “hentikan” ulang Yun soo. Bibi Hana kemudian berdiri dan mulai memukuli Yun soo “siapa kau berani mengatakan seperti itu”. “Omma” ucap Hana sedih dan Bibi Hana kembali memukuli Hana. Yun soo tidak bisa menahan emosinya lagi dan mengangkat sebuah meja dan siap melemparkannya ke Maya dan ibunya. “andwaeyo, jangan, aku benci kakak” ucap Hana sedih dan keluar dari kamar.
Yun soo menurunkan meja dan mengikuti Hana keluar. Maya dan Ibunya pun keluar dari kamar. Tamu yang ingin membeli spring terbangun mendengarkan keributan. “aigooo, aku minta maaf” ucap Bibi Hana berulang kali. Tamu memutuskan masuk kembali ke dalam kamar.
Maya terus memegangi kepalanya yang sakit “gwaenchana?” tanya Bibi Hana pada Maya. “anak nakal itu, tunggu saja, aku akan menyiksamu” ucap Bibi Hana emosi.

Hana berlari keluar rumah dan berhenti di depan pintu. Hana menangis tersedu-sedu dan Yun soo hanya bisa melihat adiknya. “Mianhae, aku menyukaimu, aku menyukaimu. Jika kau bilang untuk tidak menyukaimu lagi, selanjutnya aku takkan menyukaimu lagi” ucap Yun soo. Hana hanya terdiam dan air matanya kembali jatuh mendengar perkatannya kakaknya. Yun soo pun ikut menangis dan berjalan meninggalkan Hana. Hana ingin mengejar kakaknya, namun dia mengurungkan niatnya. Hana mengeluarkan kalung salibnya dan menggenggamnya erat.
Hana berjalan lesu menuju Mika yang sudah menunggunya. “Hana, mana Yun soo? Mana dia?” tanya Mika senang “Yun soo Oppa tidak akan datang” ucap Hana sedih “hahhhhhhhhh, kenapa?” tanya Mika terkejut.
Maya mendekati Ryu dan mengucapkan terima kasih untuk semua yang sudah dilakukan Ryu agar Maya bisa masuk universitas Tokyo. Ryu hanya tersenyum dan segera mendatangi Hana yang baru saja datang. “Hana, aku kira kau tidak datang” ucap Ryu. Maya yang merasa dicuekin karena kedatangan Hana kembali mendekati Ryu. “dimana Yun soo?kenapa kau tidak datang bersamanya?” tanya Maya pada Hana dan bermaksud untuk menyudutkan Hana dihadapan Ryu.
Bel kereta api tiba-tiba berbunyi, pertanda kereta akan segera berangkat. “ayo, kereta akan berangkat” ucap Maya dan mendorong Ryu pergi dari hadapan Hana. “ayo cepat, kereta akan berangkat” teriak Maya lagi pada teman-temannya. “aku akan menunggunya sampai dia datang” ucap Mika. Hana melirik ke Mika yang berdiri disampingnya. “Mika, ayo” tarik Hana.
Hana hanya terduduk di kursi kereta. Mika yang asyik bernyanyi bersama yang lainnya menarik Hana untuk bergabung. Hana tersenyum dan menolak ajakan Mika. Hana pun tersenyum pada Ryu yang terus memandanginya dan sedang bermain gitar. Hana menyandarkan kepalanya di kursi kereta dan kembali mengingat ucapan Yun soo semalam “Mianhae, aku menyukaimu”.
Hana dan teman-temannya akhirnya sampai di tempat tujuan liburan mereka kali ini. Hana berusaha berbaur dengan teman-temannya yang asyik bermain lempar salju.
Hana tersenyum dan memotret mereka. Hana tiba-tiba terdiam saat melihat keasyikan temannya bermain salju, hal itu mengingatkannya pada Yun soo. Mereka juga pernah melakukan permainan lempar salju.
Sebuah bola salju tiba-tiba meluncur ke arah Hana. “Hana” panggil Ryu dan kembali melempari Hana dengan bola salju. Hana tertawa dan melempar bola salju juga kepada Ryu. Hana dan Ryu saling melempar bola salju. Hana merasakan kalau kakaknya saat ini sedang bersamanya. Hana membayangkan kalau dirinya sedang bermain lempar salju bersama Yun soo.
Maya dari kejauhan memperhatikan mereka dan hal itu membuatnya cemburu.
Hana duduk di bangku dan Maya kemudian mendekatinya dan duduk disampingnya. “aku peringatkan kamu jauhi kakak Ryu, apa Yun soo Oppa tak cukup untukmu ya” ucap Maya. Tiba-tiba Ryu datang dan mengajak Hana kembali bergabung dengan lainnya. Namun Maya dengan cepat menarik tangan Ryu pergi berusaha mencegahnya bersama dengan Hana. Hana sama sekali tidak memperdulikan sikap Maya dan ingatannya kembali tertuju pada Yun soo.
Malam harinya Hana dan teman-temannya menggelar api unggun. Mereka bersama-sama memegang lilin dan satu persatu mulai mengucapkan keinginannya. Tiba giliran Maya
“aku akan meninggalkan tempat membosankan ini. Jika aku diijinkan kuliah di Universitas Tokyo, aku akan tinggal di Tokyo dan mendapatkan pacar dan belajar keras”. Maya mengakhiri ucapannya dan terus memandang Ryu yang duduk di hadapannya.
“atashiwa, mau menjadi ibu” ucap Mika. Teman-teman mulai menyoraki Mika “tentu saja aku harus menikah dulu, aku punya orang yang aku cintai, orang itu sangat gagah, hebat dalam bermain yudo dan memperbaiki sepeda. Dia tak selalu tertawa dan tak mungkin playboy dan dia juga romantis” tambah Mika “siapa dia?” tanya temannya bersamaan “pria itu adalah, pria itu adalah Yun soo” teriak Mika histeris. Hana hanya tersenyum dan sudah bisa menebak siapa yang dimaksud Mika. Hana kembali mengingat Yun soo.
Lagi-lagi lamunan Hana terbuyarkan dengan panggilan Mika. Sekarang giliran Hana untuk mengucapkan keinginannya. Hana berdiri dan semuanya terdiam.
“atashiwa mau jatuh cinta, aku ingin punya cerita cinta yang lebih indah dari salju” ucap Hana dan melihat ke langit, salju perlahan-lahan mulai turun.
Hana melepaskan sepatunya dan mencoba berjalan di salju yang dingin seperti yang biasa dilakukan Yun soo. “Jika kaki tak dingin, maka Hati akan terasa dingin” ucapan Yun soo terus terngiang-ngiang di benak Hana. “Jika kaki tak dingin, maka Hati akan terasa dingin” gumam Hana dan melihat ke langit. “Mianhae Oppa” ucap Hana sedih.

Sepatunya cantik ya, mupeng.....
Ryu mengambil sepatu dan kaus kaki Hana. “apa kau tidak kedinginan?” tanya Ryu mengagetkan Hana. Hana terkejut melihat Ryu yang sudah berdiri disampingnya, Hana kemudian mengambil sepatu dan kaus kakinya dari tangan Ryu dan memakainya “aku hanya ingin tahu seberapa dingin salju ini” ucap Hana. Ryu memegang bahu Hana dan menatap ke dalam mata Hana “kapan aku bisa menerima hadiah dari Hana?cinta itu lebih indah dari salju, aku mau mendapatkan hadiah. Hana, aku mencintaimu” ucap Ryu. Hana sontak terkejut dan ingatannya kembali mengingat Yun soo. Yun soo juga mengatakan hal yang sama seperti yang diucapkan Ryu. “aku ingin menjadi kekasihmu,apa kau mencoba menolakku?” tanya Ryu. Hana terdiam dan matanya mulai berkaca-kaca “tidak” ucap Hana dan Ryu langsung memeluknya “ikut denganku ke Tokyo saat kau lulus nanti” tambah Ryu. Hana mulai menangis dipelukan Ryu “aku akan ikut, aku ingin pergi denganmu”.
Ryu menghapus air mata di wajah Hana dan ingin mencium kening Hana. Hana kembali mengingat Yun soo saat mencium keningnya lewat jendela kamarnya. Hana sontak menjauh “maaf, hari ini,…. Hari ini tidak bisa, maaf” ucap Hana dan berlari.
Air mata Hana semakin tidak terbendung, semakin dia mencoba melupakan Yun soo, justru cintanya kepada Yun soo semakin bertambah. Semua yang telah terjadi pada dirinya dan Yun soo kembali berputar dan menari-nari di kepalanya.
Hana berlari hingga sampai ke stasiun kereta. Hana ingin mengejar kereta terakhir dan kembali ke rumah. Namun harapan Hana sirna saat melihat kereta sudah pergi.
Hana berbalik ke belakang dan melihat kakaknya duduk di bangku dan menggigil kedinginan. Yun soo mengenakan baju yang sama saat mengejar Hana ke Tokyo.
Yun soo perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan memandangi Hana dengan tatapan kosong. Perlahan-lahan air mata Yun soo mulai menetes. Hana berlari memeluk Yun soo dan mulai menangis dipelukan Yun soo.
Kami tidak boleh melakukan ini, tapi ini satu-satunya yang bisa kami lakukan. Aku tidak bisa mendengar dan melihat sesuatupun dimataku selain Yun soo Oppa yang selalu terbayang. Yun soo Oppa adalah satu-satunya yang aku miliki. Hari ini saja, tolong maafkan aku, aku akan melupakan semuanya setelah hari ini, Mianhaeyo, Mianhaeyo Omma.

Telepon di rumah Hana tiba-tiba berdering. Bibi Hana yang saat itu sedang tertidur terkejut “aigoooo, ini pasti Ibu Hana, kenapa dia bisa datang secepat ini” ucap Bibi Hana ketakutan dan mengangkat telepon. “mosi-mosi” ucap Bibi Hana
“ini dari kantor polisi, apa kau kenal Pria bernama Han Su ha?”
“Han Su ha?” ucap Bibi Hana mencoba mengingat. Bibi Hana kemudian melihat foto Hana bersama ibunya, ayah dan Yun soo. “ya” ucap Bibi Hana dan tiba-tiba terkejut.
“terjadi kecelakaan mobil, ada seorang wanita bersamanya, tetapi kami tidak bisa mengidentifikasi dengan melihat penampilannya. Han Su ha adalah orang Korea jadi kamu tidak bisa menemukan filenya” ucap polisi pada Bibi Hana begitu sampai di kamar mayat.

Acara kelulusan murid di SMA Hana mengharu biru. Mika mencabut kancing bajunya dan memberikannya kepada Yun soo. “jika kau menerima kancing baju di acara kelulusan, maka kau akan menemukan kebahagiaan” ucap Mika sambil membaca secarik kertas. Mika kemudian menggenggam erat tangan Yun soo “aku berharap bisa mencium Yun soo” ucap Mika senang dan mendekatkan wajahnya ke wajah Yun soo. Yun soo berusaha menghindar namun Mika berhasil mencium pipi Yun soo. “Berhasil” teriak Mika bahagia. Hana hanya tersenyum melihat sikap Mika yang menyukai kakaknya. Yun soo kemudian dikerubuti para teman wanitanya yang lain yang hendak menciumnya, namun Mika berusaha menghalangi mereka.
Acara kelulusan berlanjut di lapangan sekolah yang dipenuhi salju. Para siswa mulai berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Mika menarik tangan Yun soo dan mengajaknya bertemu dengan orang tuanya. Hana lagi-lagi hanya bisa tersenyum.
Ryu mengagetkan Hana dan memberikannya bunga atas ucapan kelulusan Hana. Ryu kembali menanyakan janji Hana untuk pergi ke Tokyo bersamanya. Hana tersenyum dan melirik kea rah Yun soo sesaat yang masih bersama Mika. Hana dengan cepat mengangguk sebagai tanda setuju kepada Ryu.
Senpai mulai mengatur para murid agar berfoto bersama. Mika berdiri diantara Yun soo dan Hana. Tanpa disadari Mika, Yun soo diam-diam menggenggam tangan Hana dengan erat.
Aku bersama dengan Kakak Yun soo sudah hampir sebulan dan itu adalah kenangan yang terindah di dalam hatiku. Aku ingin menyembunyikan cintaku pada Kakak Yun soo di hatiku yang terdalam. Dengan cara ini aku bisa mencintainya lebih lama. Kupikir acara kelulusan adalah akhir dari segalanya, walaupun kakak tidak mengetahuinya, tapi aku ingin menyimpan kenangan terakhir dengan kakak. Mungkin aku terlalu serakah dan tamak, aku tak tahu tapi ini yang terakhir kalinya.
Hana dan Yun soo bersama-sama makan Mie Ramen. Yun soo melihat Hana yang sedang asyik makan Mie Ramen. Yun soo merasakan keganjilan pada sikap Hana yang terlihat berbeda dan sering tersenyum. Yun soo berusaha menepis semua yang ada dipikirannya dan kembali memakan Mie ramennya. Sekarang giliran Hana yang melihat Yun soo, mata Hana berkaca-kaca membayangkan kalau dirinya dan kakaknya akan segera berpisah.
Hana dan Yun soo melewati sebuah toko sepatu. Hana berhenti sejenak dan melihat ke dalam toko sebuah sepatu yang dipajang di etalase. “kau mau?” tanya Yun soo. Hana menggeleng namun Yun soo tiba-tiba menariknya masuk ke dalam toko. Yun soo membawa beberapa sepatu ke hadapan Hana. Yun soo kemudian memakaikan ke kaki Hana satu persatu sepatu. Ada yang tidak muat di kaki Hana dan yang lainnya Hana tidak menyukainya.
Hana berjalan sempoyongan ke arah Yun soo. Pilihan Hana jatuh pada sebuah sepatu berwarna pink yang terlihat sangat cantik. “apa sakit?” tanya Yun soo begitu Hana sampai di hadapannya. Hana menggeleng. Yun soo kemudian berjongkok dan menyuruh Hana naik ke punggungnya.
“kau sangat berat” ucap Yun soo meledek “aku tidak suka” jawab Hana. Yun soo tersenyum kemudian bersiul. Irama yang sama yang disiulkan Yun soo saat Hana melihat lukisan ibunya dan dirinya.
Hana sedang memandangi sebuah pohon cemara kecil. “apa kau menyukainya?” tanya Hana pada kakaknya “kau mau membelikannya untukku?” tanya Yun soo. Hana mengangguk. Yun soo kemudian mengangkat pohon cemara tersebut. Mereka bersama-sama menuju makam ayah Hana dan menanamnya disamping makam Ayah Hana.
Hana menatap kakaknya dengan tatapan sedih, tiba saatnya Hana harus berpisah dengan Yun soo.
Hana : Oppa jadilah pohonku, salju akan menghilang tapi Pohon selamanya akan ada. Oppa jadilah pohonku.
Yun soo : (tersenyum) kesepakatan kita. Tidak seperti salju yang hanya muncul saat musim dingin tetapi seperti Pohon yang akan tumbuh selamanya.
Hana melepaskan sarung tangannya dan mengajak Yun soo bersalaman. Yun soo tersenyum dan menyambut uluran tangan Hana. Senyuman Yun soo tiba-tiba memudar.
Hana : Oppa kamsahaeyo, mianhaeyo.
Hana menarik tangannya dari genggaman Yun soo. Yun soo melihat kalung salib yang diberikannya kepada Hana sekarang dikembalikan. Hana mulai menangis. “aku akan pergi ke Tokyo, Oppa saranghaeyo”. Hana kemudian memeluk Yun soo yang juga mulai menangis. Yun soo tidak menyangka kalau Hana akan meninggalkannya dan lebih memilih ke Tokyo bersama dengan Ryu.
Hana melepaskan sepatunya dan memegangnya. Hana kemudian berlari meninggalkan Yun soo sendirian yang hanya bisa memandangi kepergian Hana.
BERSAMBUNG....



PREVIEW EPISODE 4




1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...