Minggu, 17 Juli 2011

[Sinopsis] Movie Hearty Paws Bagian Pertama

HEARTY PAWS

Selamat membaca....
http://www.smileycodes.info
Seorang anak laki-laki terlihat mengendap-ngendap memasuki sebuah rumah. Pandangannya selalu siaga dan awas mengawasi setiap sudut rumah. Anak tersebut berhenti di depan sebuah rumah anjing dan mengambil salah satu anak anjing. Anak tersebut tiba-tiba terkejut saat melihat lampu ruang tamu sang pemilik rumah menyala. Dia pun dengan cepat berlari dan melompati pagar.
Matahari sudah menunjukkan dirinya namun anak tersebut masih saja berlari dengan seekor anak anjing yang disembunyikan di dalam jaketnya. Dia mulai mengatur nafas dan menyeka keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Anak itu kemudian membuka restleting jaketnya dan tersenyum saat melihat anak anjing memandanginya.
So Yi terbangun ketika merasakan sesuatu bergerak di dekatnya. So Yi terlihat terkejut dan senang melihat seekor anak anjing. Sementara sang kakak hanya tersenyum melihat adiknya.
“itu hadiah ulang tahunmu” ucap Chan Yi “benarkah?” tanya So Yi tak percaya. So Yi kemudian menggendong anak anjing “Oppa, bagaimana kalau kita memberinya nama Ma-eum”.

So Yi tersenyum melihat Ma-eum tertidur pulas. So Yi memberi Ma-eum susu dan bahkan menggendongnya seperti seorang anak kecil. So Yi bahkan tidak ingin terpisah dengan Ma-eum, tidur pun, So Yi ingin bersama Ma-eum. Chan Yi ikut senang melihat So Yi tertawa riang.
Hari terus berganti, musim panas berubah menjadi musim dingin begitupun dengan Ma-eum yang tumbuh menjadi anjing dewasa.
So Yi berjalan mengendap-ngendap keluar dari kamar dengan tas pink kesayangannya. Ma-eum melihat tingkah mencurigakan dari So Yi. So Yi dengan cepat menyuruh Ma-eum untuk diam. “hya……” teriak Chan Yi tiba-tiba dan hal itu membuat So Yi terjatuh. “apa ini, kau ngompol lagi di tempat tidur?” tanya Chan Yi “bukan aku, tapi dia” jawab So Yi dan menunjuk Ma-eum. Chan Yi tertawa melihat tingkah adiknya.
Ma-eum yang merasa tidak melakukan apa-apa mengambil tas pink kesayangan So Yi dan memberikan kepada Chan Yi. “Ma-eum” ucap So Yi sedih “ini apa? Apa mungkin Ma-eum bisa memakai celana?” tanya Chan Yi dan mengeluarkan selembar celana So Yi yang merupakan bukti kalau So Yilah yang sudah mengompol. “itu bukan aku” teriak So Yi dan berbalik. “benarkah?” tanya Chan Yi. So Yi mulai menangis dan masuk ke dalam kamar “dasar kepala burung” teriak So Yi. Bibi mereka tiba-tiba datang “apa lagi yang kau lakukan pada adikmu?”
Chan Yi berpamitan ke sekolah kepada So Yi. Chan Yi mengatakan kepada So Yi akan membelikannya es krim kalau So Yi menjadi anak yang baik. So Yi menjawab kalau dia sudah menjadi anak yang baik. Chan Yi kembali meledek So Yi dan mengatakan kalau anak baik tidak akan mengompol. So Yi kembali menangis “dasar kepala burung”. Chan Yi hanya tertawa dan berlalu pergi. Ma-eum masuk ke dalam kamar So Yi. “kapan ibu akan pulang?” gumam So Yi yang sedang menggambar. Di kamar So Yi terdapat banyak gambar. Gambar dirinya, Chan Yi, Ma-eum da ibunya yang pergi meninggalkan mereka.
Di kelas Chan Yi dan teman-temannya mendapat tugas kesenian untuk menceritakan dan membuat rupa orang yang mereka ingin temui dengan tanah liat. Chan Yi melihat hasil kerajinannya. Chan Yi membuat rupa ibunya dan memandanginya. Timbul rasa sesak dalam dadanya dan Chan Yi dengan cepat menghancurkannya. Guru menyuruh murid bercerita tentang hasil kerajinan yang mereka buat. Tiba giliran Chan Yi. Chan Yi mengatakan kepada gurunya jika tidak ada orang yang ingin ditemuinya.
Chan Yi berjalan menuju tempat pemberhentian Bus. Di perjalanan, Chan Yi melihat beberapa orang anak mengerumuni toko yang menjual es krim. Chan Yi mengingat janjinya pada So Yi untuk membelikannya es krim. Chan Yi menghitung sisa uangnya, yang ada hanya beberapa keping uang recehan.
So Yi menunggu Chan Yi di tempat pemberhentian Bus dekat rumah mereka. Tentu saja ditemani Ma-eum. So Yi terlihat senang saat melihat sebuah Bus berhenti di depannya. “ah, itu Oppa” teriak So Yi dan menuju pintu bus. Satu persatu penumpang Bus mulai turun, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda Chan Yi. So Yi menjadi sedih. Bus perlahan-lahan berjalan meninggalkan So Yi dan Ma-eum.
Ma-eum tiba-tiba berlari ke arah datangnya Bus tadi. “Ma-eum” panggil So Yi. Dari kejauhan terlihat Chan Yi berlari menuju Ma-eum. “Oppa” teriak So Yi senang “apa kau membawa es krim?” tanya So Yi lagi. Chan Yi tersenyum dan mengangkat kantongan yang berisi es krim.
So Yi mulai menangis. “kenapa es krimnya seperti ini” rengek So Yi “mau bagaimana lagi” jawab Chan Yi “dasar kepala burung, dasar kepala burung, dasar kepala burung” teriak So Yi “yah, kau tidak tahu, demi membelikanmu es krim aku sampai berlari kesini dan tidak naik bus” teriak Chan Yi emosi dan berjalan meninggalkan So Yi. Tangisan So Yi semakin keras. So Yi bahkan duduk di tanah dan membuang bungkusan plastik yang berisi es krim.
Ma-eum mendekati bungkusan plastic dan mulai menjilati es krim yang mencair. Chan Yi berhenti berjalan dan merasa kasihan dengan adiknya. So Yi berbalik ketika mendengar bunyi kresekan di belakangnya. Senyumnya seketika mengembang melihat kepala Ma-eum yang sekarang tertutup plastik. Chan Yi pun ikut tersenyum. Ma-eum berjalan sempoyongan karena tidak bisa melihat.
Chan Yi yang melihatnya mendekati Ma-eum dan membantu Ma-eum melepaskan kantong plastik dari wajahnya. Chan Yi kemudian berlari dengan membawa kantong plastic. “ayo Ma-eum kejar ini” teriak Chan Yi. Ma-eum mulai mengejar Chan Yi begitupun dengan So Yi. Mereka berlarian bersama menuju rumah. Pertengkaran kakak dan adik itu pun akhirnya berakhir dengan kehadiran Ma-eum yang selalu menjadi penengah diantara mereka.
Chan Yi, So Yi dan Ma-eum berkumpul makan bersama. So Yi melihat wajah kakaknya yang terdapat bekas luka. “apa kakak habis berkelahi?” tanya So Yi penasaran “tidak” jawab Chan Yi berusaha mengelak. So Yi mengambil kotak P3k mainannya dan mengoleskan sesuatu ke wajah kakaknya “arghhhh,apa ini?” tanya Chan Yi berteriak kesakitan “ini adalah saos, sudah jangan bergerak” jawab So Yi polos.
So Yi kemudian menempelkan plester (bukan plester obat chingu) ke wajah kakaknya. Ma-eum tiba-tiba menggonggong. Chan Yi tersenyum dan menyuruh So Yi untuk segera makan.
Chan Yi sedang makan siang di rumah Bibinya. Suami Bibinya kebetulan sedang berada di rumah. Bibi perlahan-lahan memberitahukan Chan Yi kalau mereka akan pindah ke kota dan meninggalkan Chan Yi dan So Yi di desa. Bibi menambahkan kalau dia akan sering ke desa untuk menengok mereka. Chan Yi mendadak berhenti makan mendengar satu-satunya keluarga yang dimilikinya akan meninggalkan dirinya dan So Yi. Chan Yi bergegas pergi dan menyisakan makanannya.
Bibi mengejar Chan Yi dan berusaha menjelaskan kepada Chan Yi kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bibi kemudian memberikan secarik kertas yang berisikan alamat tempat tinggal Ibu Chan Yi dan So Yi si Seoul.
Sementara itu di rumah, So Yi bermain dengan Ma-eum. So Yi memakai lipstick dan bersikap seolah-olah menjadi ibunya dan Ma-eum menjadi dirinya. So Yi memakaikan Ma-eum tas kesayangannya dan menyuruh Mae-um berpura-pura pergi ke sekolah sementara dirinya pergi ke pasar.
Capek bermain, So Yi memutuskan menggambar. So Yi kembali menggambar dirinya, ibu, kakak dan Ma-eum. Satu harapan So Yi, mereka bisa berkumpul bersama lagi kemudian bermain dan makan es krim bersama.
So Yi menempelkan hasil gambarannya di dinding dan mengajak Ma-eum ke tempat pemberhentian Bus menunggu Chan Yi. Ma-eum melihat gambar tersebut. Saat So Yi menutup pintu, tanpa sengaja gambar yang ditempelkannya terjatuh dan terselip di bawah meja.
Chan Yi memandangi kertas yang diberikan Bibinya. Hingga malam tiba, Chan Yi hanya terduduk di kursi stasiun dan masih bimbang apa akan pergi ke Seoul untuk menemui ibunya atau tidak. Tanpa disadarinya, Bus terakhir sudah pergi. Chan Yi hanya memandangi Bus tersebut dan tidak berniat untuk mengejarnya.
Sementara itu, di tempat pemberhentian Bus, So Yi dan Ma-eum masih menunggu Chan Yi. Mereka bahkan tertidur. Ma-eum terjaga dan berusaha membangunkan So Yi. Ma-eum kemudian berlari dan kembali lagi saat sebuah Bus datang.
Chan Yi turun dari Bus dan seketika So Yi langsung menangis. So Yi takut kakaknya tidak akan pulang dan meninggalkan dirinya sendirian.
Chan Yi menggendong So Yi pulang. Di perjalanan, So Yi mengatakan kalau dirinya sangat ingin bertemu dengan ibunya. Chan Yi sedih mendengarnya dan perlahan-lahan air matanya mulai menetes. Ma-eum yang berjalan bersama mereka juga terlihat sedih. Ma-eum sepertinya mengetahui keadaan Tuannya.
So Yi dan Chan Yi memandikan Ma-eum. So Yi dan Chan Yi tertawa bersama melihat tingkah laku Ma-eum. Tiba giliran So Yi mandi. So Yi menolak. “aku tidak mau” teriak So Yi “lihat, rambutmu sudah lepek begini. Ma-eum saja ma mandi” ucap Chan Yi. So Yi perlahan-lahan luluh setelah dibujuk kakaknya. Saat Chan Yi ingin menyiram rambut So Yi yang dipenuhi samphoo, So Yi menolak. “aku tidak mau, itu pedih” ucap So Yi “tutup saja matamu” ucap Chan Yi “aku tidak mau, aku takut gelap” ucap So Yi.
So Yi bergegas ke kamar dan membungkus dirinya yang kedinginan. Ma-eum ikut masuk dan mulai mengibas-ngibaskan ekornya disamping So Yi. So Yi memarahi Mae-um. So Yi mengambil tasnya dan tanpa sengaja menemukan kertas yang berisikan alamat ibunya di dekat tasnya.
So Yi dengan raut wajah senang berlarian ke dapur. “Oppa, lihat ini alamat ibu” ucap So Yi “jangan diambil” teriak Chan Yi dan merebutnya dari tangan So Yi.
So Yi terus saja menangis tak henti-hentinya. Chan Yi pusing melihat sikap adiknya yang terlalu cengeng. “Omma, Omma, aku ingin bertemu Omma” teriak So Yi “sudah berhenti, dia tidak akan pulang” teriak Chan Yi. So Yi berhenti menangis “kau bohong, ibu sudah berjanji untuk kembali kesini menjemput kita” teriak So Yi dan kembali menangis.
Chan Yi kesal dengan sikap adiknya “kau jangan lagi memakain tas ini” teriak Chan Yi berdiri dan hendak membuangnya “andwae Oppa, andwae, ini tas pemberian ibu, jangan membuangnya” pinta So Yi sedih “jangan menyebut namanya lagi, kalau tidak aku akan meninggalkanmu” teriak Chan Yi “Oppa, Omma pergi, kau juga jangan pergi, aku tidak mau sendiri” ucap So Yi. Chan Yi berusaha menahan air matanya melihat adiknya. Chan Yi memutuskan keluar kamar.
So Yi sudah tertidur. Chan Yi masuk ke dalam kamar adiknya dan melihatnya.
Ma-eum terjaga begitu Chan Yi keluar rumah.
“Ma-eum, aku bukan kakak yang baik untuk So Yi. Berjanjilah kepadaku untuk menjaga So Yi dan menjadi kakak yang baik untuknya, mengerti” ucap Chan Yi.
Keesokan harinya, So Yi, Chan Yi dan Ma-eum bermain kereta luncur. So Yi berteriak kegirangan dan melupakan kejadian semalam.
Dua orang pria yang duduk tidak jauh dari tempat itu tersenyum melihat tingkah mereka.
Ma-eum berlari terlalu kencang hingga So Yi dan Chan Yi terjatuh. So Yi berusaha bangun dan melihat kakaknya yang masih terbaring dan menutup mata. “Oppa, Oppa” panggil So Yi khawatir. Chan Yi perlahan-lahan membuka matanya dan tertawa. “Oppa” ucap So Yi tertawa dan memukul-mukul kakaknya karena membohonginya.
Mereka kembali melanjutkan bermain. Chan Yi tiba-tiba berhenti mendorong kereta luncur “ahhhhh, So Yi, Oppa harus pergi,sudah tidak tahan, kau jangan kemana-mana dan tetap disini” ucap Chan Yi (Chan Yi hendak buang air besar).
So Yi kesal melihat Chan Yi. Sementara itu Ma-eum terus menggonggong “andwae, Oppa meminta kita untuk tinggal” ucap So Yi. Ma-eum tiba-tiba berlari ketika melihat sebuah layangan putus. Ma-eum berusaha mengambil layangan tersebut. Ma-eum tidak menyadari jika lapisan es yang diinjaknya akan pecah.
So Yi terkejut saat melihat Ma-eum yang tiba-tiba tenggelam. Ma-eum berusaha berenang ke permukaan namun tetap tidak bisa. So Yi ketakutan dan perlahan-lahan berjalan ke arah Mae-um. “Ma-eum, Ma-eum, Ma-eum” panggil So Yi pelan.
Chan Yi bersiul-siul sesudah buang air besar. Chan Yi terkejut saat melihat So Yi berdiri di atas lapisan es yang tipis. “Oppa” panggil So Yi pelan “jangan kemana-mana dan tetap disana” teriak Chan Yi dan mulai berlari.
Es disisi kanan dan kiri So Yi mulai retak. So Yi seketika terjatuh ke dalam air yang sangat dingin.
Dua orang pria yang sempat tersenyum melihat tingkah mereka, berlarian ke arah Chan Yi dan berusaha menahannya. Chan Yi berusaha melepaskan diri dan mulai memanggil nama So Yi.
Sementara itu, Ma-eum yang sebelumnya sempat terjatuh ke dalam air yang sangat dingin berhasil naik ke permukaan.
Ma-eum melihat ke dalam air mencari keberadaan So Yi, namun hanya tas pink kesayangan So Yi yang mengambang.
Chan Yi memandangi foto So Yi.
Air matanya tidak berhenti mengalir menyadari kalau So Yi, adik kesayangannya yang cengeng sudah tidak ada lagi menemaninya.
Hujan salju mulai turun. Chan Yi hanya mengurung dirinya di kamar So Yi sambil memeluk tas pink kesayangan So Yi.
Sementara Ma-eum berbaring di tempat pemberhentian Bus, tempat dimana dirinya dan So Yi selalu duduk menunggu Chan Yi pulang sekolah. Ma-eum tidak memperdulikan dinginnya salju yang mengenai tubuhnya. Ma-eum sepertinya tahu kalau So Yi, majikan yang selalu menyayanginya sudah tidak ada.
Chan Yi sudah tidak memperdulikan Mae-um. Bahkan memandikan Ma-eum saja sudah tidak pernah. Semangat Chan Yi untuk hidup sudah tidak ada. Chan Yi bahkan membenci Ma-eum dan menyalahkannya atas kematian So Yi.
Ma-eum berusaha mengambil gambar So Yi yang terselip di bawah meja. Chan Yi melihatnya dan mengusir Ma-eum. “apa yang kau lakukan, pergi dari sini” teriak Chan Yi.
Chan Yi memutuskan ke kota menemui ibunya dengan tas pink kesayangan So Yi di punggungnya. Ma-eum mengikuti Chan Yi dan hal itu membuat Chan Yi kesal. Chan Yi bahkan melempari Ma-eum batu. Ma-eum tidak putus asa dan terus mengikuti Chan Yi, Ma-eum bahkan menjaga jarak dari Chan Yi. (sedih banget ngelihatnya).
Chan Yi membeli tiket kereta api menuju ke Seoul. Ma-eum terus menggonggong saat Chan Yi akan naik kereta api. Ma-eum berusaha mengejar Chan Yi. Ma-eum mulai mencari Chan Yi disetiap jendela kereta api. Saat Ma-eum menemukan sosok Chan Yi, kereta sudah berjalan. Ma-eum tidak tinggal diam dan mulai berlari mengejar kereta yang membawa Chan Yi, majikan yang sangat disayanginya.
Malam harinya, Chan Yi berhasil sampai di kota dan menemukan tempat tinggal ibunya. Chan Yi memencet bel, tetapi sepertinya ibunya tidak ada di rumah. Chan Yi memutuskan menunggu hingga ibunya datang.
Sementara itu, Ma-eum meminum air yang ditemukannya disela-sela rel kereta api. Ma-eum melanjutkan kembali perjalanannya untuk bertemu dengan Chan Yi. Ma-eum ketakutan saat mendengar suara kereta api yang mendekat. Ma-eum segera bersembunyi.
Chan Yi tertidur saking terlalu lamanya menunggu sang ibu pulang. Samar-samar terdengar suara wanita dan perempuan menaiki tangga apartemen. Chan Yi melihat sang ibu datang ditemani seorang pria. “Omma” panggil Chan Yi “Chan Yi” panggil Ibu Chan Yi terkejut.
Ibu Chan Yi mempersilahkan Chan Yi masuk ke dalam rumah. Dia sepertinya tidak senang melihat kehadiran Chan Yi yang datang mencarinya. Padahal maksud tujuan Chan Yi adalah untuk memberitahu kalau So Yi sudah tidak ada.
Ibu menyuruh Chan Yi untuk beristirahat padahal Chan Yi belum memberitahukan apa-apa mengenai So Yi.
Dari dalam kamar, Chan Yi melihat ibunya minum dan terlihat memikirkan sesuatu.
Keesokan harinya, Ma-eum melihat seorang pria. Ma-eum mendekati pria tersebut dengan maksud meminta makanan, namun pria tersebut malah menganggap Ma-eum adalah anjing liar yang sedang mengganggu dan mengusirnya. Ma-eum bersembunyi di semak-semak dan memutuskan istirahat sejenak.
Ma-eum melanjutkan perjalanannya dan melihat sepasang suami istri sedang makan es krim. Ma-eum mendekati suami istri tersebut dan mengambil makanan yang sedang dipegang suaminya.
Ma-eun melihat dua orang kakek dan nenek yang sedang asyik mengobrol. Ma-eum mendekati mereka namun kakek dan nenek mengusir Ma-eum. Ma-eum kemudian berdiri dengan ke dua kakinya dan mulai berjalan layaknya seperti anjing sirkus. Kakek dan Nenek bertepuk tangan dan melemparkan makanan kepada Ma-eum.
Chan Yi masih tertidur. Ibunya masuk ke dalam kamar dan menaruh amplop yang berisi uang disamping Chan Yi. Ibu berkata agar Chan Yi segera kembali ke desa dan jangan kembali kemari karena dirinya akan keluar negeri.
Begitu Ibunya pergi, air mata Chan Yi perlahan-lahan menetes. Ibunya lebih mementingkan dirinya sendiri dan sama sekali tidak mengkhawatirkan dirinya dan bahkan tidak sempat bertanya tentang So Yi.
Chan Yi terduduk di ruang tamu. “mianhae, ibu tidak bisa melihatmu. Ini uang dari ibu karena kamu sudah menjadi anak yang baik”. Chan Yi memutuskan pergi dan menaruh amplop yang diberikan ibunya di meja.
Ma-eum akhirnya sampai di kota dan mulai mencari Chan Yi dengan indera penciumannya.
Chan Yi tertidur di Bus. Seseorang meletakkan brosur di dekatnya dan hal itu membuatnya terbangun. Chan Yi melihat dua orang anak, lelaki dan perempuan yang sedang meminta uang kepada para penumpang Bus. Chan Yi menjadi sedih mendengar kisah mereka. Anak lelaki dan perempuan itu ternyata adalah kakak beradik yang terpaksa mengemis karena ayahnya sudah meninggal dan ibunya meninggalkan mereka. Kisah mereka sama dengan dirinya dan So Yi.
Si adik mulai berjalan meminta uang seikhlasnya dari penumpang. Chan Yi hanya terdiam ketika memberikan uang.
Hal itu menarik perhatian si adik. Dan tanpa disadari Chan Yi, Busnya melewati Ma-eun yang sedang mencarinya.

BERSAMBUNG
........ ^____^

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...