Annyeonghaseyo chingudeul.....
Hampir 2 minggu dewi hiatus dan hiatus dewi memberikan beberapa kesenangan tersendiri di hati dewi (lebay ^___^). Jujur belakangan ini, dewi malas... malas... malas banget untuk ngeblog dan lebih senang menonton k-drama. Bayangin aja dewi baru selesai nonton k-drama 49 days yang sudah lama banget habis masa tayangnya di Korea dan segera tayang di salah satu stasiun tv kesayangan dewi "Indosiar" (sampai-sampai diketawain ma Apni, wkwkwkwk)....Tree Of Heaven....
Omo, nggak terasa 3 episode lagi....
Dewi usahain selesaiin secepatnya soalnya dewi masih punya projek yang lebih penting di Pelangi Drama tercinta.
Hana dan Yun Soo memulai pesta ulang tahun Yun Soo.
“selamat ulang tahun Oppa” ucap Hana dan pandangannya tak lepas dari Yun Soo begitupun sebaliknya
Yun Soo mengambil setangkai mawar yang terletak disampingnya dan memberikannya pada Hana. Hana menyambut bunga yang diberikan kakaknya dan menggenggam erat tangan Yun Soo dan kembali memandang Yun Soo.
Hana dan Yun Soo berlarian menuju sebuah gedung.
“Sudah tutup Oppa” ucap Hana kecewa
“ikuti aku saja” jawab Yun Soo
Langkah mereka terhenti ketika sampai di sebuah lorong panjang dan gelap
“cepat sekali tutupnya, padahal dia sudah berjanji” ucap Yun Soo sementara Hana disampingnya cemberut
“siapa?” tanya Hana penasaran
“temanku, dia bekerja disini. Karena hari ini aku berulang tahun, dia berkata kalau untukku gratis” jawab Yun Soo
“yang benar saja, ayo pergi Oppa” ajak Hana
“biasanya dia tepat janji” jawab Yun Soo dan melirik sesaat kepada Hana yang tertunduk lesu.
Tanpa sepengetahuan Hana, Yun Soo menjentikkan jarinya di belakang kepala. Lampu seketika menyala dan membuat lorong panjang yang gelap menjadi terang benderang. Hana sontak terkejut dan menganga melihat apa yang ada dihadapannya.
“kamu lihat kan, bocah ini menepati janjinya” ucap Yun Soo
“benarkah?” tanya Hana tak percaya
Hana dan Yun Soo berlarian dan saling berpegangan tangan. Dibelakangnya pria berpakaian hitam-hitam mengikuti mereka dan berusaha menjaga jarak agar Hana tidak mengetahui rencana kejutan yang sudah disiapkan Yun Soo untuk Hana.
Senyum kebahagiaan terlihat di wajah Hana dan Yun Soo. Perpisahan mereka selama 3 tahun akhirnya terbayar sudah dengan pertemuan menyenangkan tepat di hari ulang tahun Yun Soo.
Puas bermain di taman Ria, Hana mengatakan kalau dirinya lapar.
“bagaimana kalau makan mie ramen” ucap Hana dan Yun Soo bersamaan dan keduanya saling tertawa.
“selamat ulang tahun Oppa” ucap Hana dan pandangannya tak lepas dari Yun Soo begitupun sebaliknya
Yun Soo mengambil setangkai mawar yang terletak disampingnya dan memberikannya pada Hana. Hana menyambut bunga yang diberikan kakaknya dan menggenggam erat tangan Yun Soo dan kembali memandang Yun Soo.
Hana dan Yun Soo berlarian menuju sebuah gedung.
“Sudah tutup Oppa” ucap Hana kecewa
“ikuti aku saja” jawab Yun Soo
Langkah mereka terhenti ketika sampai di sebuah lorong panjang dan gelap
“cepat sekali tutupnya, padahal dia sudah berjanji” ucap Yun Soo sementara Hana disampingnya cemberut
“siapa?” tanya Hana penasaran
“temanku, dia bekerja disini. Karena hari ini aku berulang tahun, dia berkata kalau untukku gratis” jawab Yun Soo
“yang benar saja, ayo pergi Oppa” ajak Hana
“biasanya dia tepat janji” jawab Yun Soo dan melirik sesaat kepada Hana yang tertunduk lesu.
Tanpa sepengetahuan Hana, Yun Soo menjentikkan jarinya di belakang kepala. Lampu seketika menyala dan membuat lorong panjang yang gelap menjadi terang benderang. Hana sontak terkejut dan menganga melihat apa yang ada dihadapannya.
“kamu lihat kan, bocah ini menepati janjinya” ucap Yun Soo
“benarkah?” tanya Hana tak percaya
Hana dan Yun Soo berlarian dan saling berpegangan tangan. Dibelakangnya pria berpakaian hitam-hitam mengikuti mereka dan berusaha menjaga jarak agar Hana tidak mengetahui rencana kejutan yang sudah disiapkan Yun Soo untuk Hana.
Senyum kebahagiaan terlihat di wajah Hana dan Yun Soo. Perpisahan mereka selama 3 tahun akhirnya terbayar sudah dengan pertemuan menyenangkan tepat di hari ulang tahun Yun Soo.
Puas bermain di taman Ria, Hana mengatakan kalau dirinya lapar.
“bagaimana kalau makan mie ramen” ucap Hana dan Yun Soo bersamaan dan keduanya saling tertawa.
Hana dan Yun Soo memasuki sebuah toko kelontong di pinggir jalan.
Asisten Yun Soo telah berada disana dan berbalik agar Hana tidak
melihatnya. Mereka tertawa saat melihat pemilik warung yang dijaga dua
orang berbadan besar terlihat gelagapan saat menyiapkan mie ramen.
Mereka berdua adalah anak buah Yun Soo.
Hana memandangi wajah Yun Soo dengan lekat. Hana sama sekali belum percaya jika dia bisa bertemu kembali dengan Oppa yang selama ini selalu dirindukannya.
“aku masih ingat saat Oppa ulang tahun, kita berdua sama sekali tidak makan dan hanya membeli semangkuk mie ramen dengan sisa uang yang aku miliki” ucap Hana dan melihat kepada Yun Soo yang hanya menjawab seadanya saja sambil terus melahap mie ramen. Air mata perlahan-lahan membanjiri wajah Yun Soo karena tepat di hari ulang tahunnya yang ke 10, di hari itu juga Ibunya meninggal dunia. Hana pun tak kuasa membendung air matanya dan menyebut “Oppa, Oppa”.
Hana memandangi wajah Yun Soo dengan lekat. Hana sama sekali belum percaya jika dia bisa bertemu kembali dengan Oppa yang selama ini selalu dirindukannya.
“aku masih ingat saat Oppa ulang tahun, kita berdua sama sekali tidak makan dan hanya membeli semangkuk mie ramen dengan sisa uang yang aku miliki” ucap Hana dan melihat kepada Yun Soo yang hanya menjawab seadanya saja sambil terus melahap mie ramen. Air mata perlahan-lahan membanjiri wajah Yun Soo karena tepat di hari ulang tahunnya yang ke 10, di hari itu juga Ibunya meninggal dunia. Hana pun tak kuasa membendung air matanya dan menyebut “Oppa, Oppa”.
“ini sungguh pedas, sangat pedas” ucap Yun Soo dan berusaha tertawa
Hana ikut tertawa “sekarang kamu sudah kembali menjadi Yun Soo, menjadi Oppaku. Kita akan mencari Ibu dan Ayah bersama-sama”. Ucap Hana dan Yun Soo hanya terdiam “benar-benar pedas” tambah Hana dan tertawa.
Selesai makan Hana mengajak Yun Soo ke sebuah jalan besar
“setiap kali aku mengingat Ibu dan Oppa aku pasti kesini. Seperti yang sering Oppa katakan, jika kaki tidak dingin maka hati yang akan menjadi dingin. Karena satu orang, aku menjadi sangat sedih dan disaat itu aku akhirnya mengerti bagaimana perasaan Oppa dulu. Aku tidak mengerti makanya aku berbohong, ini semua salahku. Aku sangat senang bisa bertemu dengan Oppa lagi, kata yang pertama ingin aku ucapkan ketika bertemu Oppa “mianhae Oppa, mianhaeyo”.
“aku yang bersalah padamu, meninggalkanmu sendirian”
Hana menggeleng “sekarang sudah tidak apa-apa, asalkan Oppa disampingku”
Yun Soo tersenyum dan mengatakan “baiklah”
Hana pun ikut tersenyum dan memukul Yun Soo pelan “jangan pernah meninggalkanku lagi, selamanya disampingku” ucap Hana dan berjalan mundur sambil menatap Yun Soo
“baiklah, aku akan melakukannya”
“tidak perduli apapun yang terjadi?” tanya Hana
“tidak perduli apapun yang terjadi” ucap Yun Soo mengulangi
Hana tersenyum senang begitupun dengan Yun Soo. Hana berlarian dan Yun Soo mengejarnya. Bersama-sama mereka berlari tanpa beralaskan alas kaki karena kaki yang dingin tidak akan membuat hati menjadi dingin.
Hp Yun Soo yang ditahan Hana berdering.
“Oppa sudah bisa mengangkatnya” ucap Hana senang karena tadi sempat melarang Yun Soo mengangkatnya
“Yuki kamu sekarang dengan siapa?” tanya seorang wanita dengan menggunakan bahasa jepang. Yun Soo tidak menjawabnya dan mematikan telepon
“tunggu aku di kamar, aku akan kembali” ucap Yun Soo pada Hana
Yun Soo berlarian memasuki sebuah apartemen. Langkahnya terhenti ketika memasuki sebuah ruangan dan melihat seorang wanita duduk di sofa dan menuangkan segelas anggur ke dua buah gelas yang berbeda. Yun Soo tersenyum melihat Maya begitupun dengan Maya. Maya berjalan mendekati Yun Soo dan melingkarkan tangannya ke leher Yun Soo. Maya mengatakan kalau Yun Soo tidak boleh bertemu dengan Hana tanpa seijinnya karena mereka sudah membuat perjanjian. Yun Soo balik mengatakan dan menantang Maya kalau dia akan bertemu dengan Hana hari hari ini, besok, lusa dan seterusnya tanpa memerlukan persetujuannya.
Yun Soo kembali berlarian menuju Hotel. Langkahnya kembali terhenti saat menemukan sosok gadis yang berbeda dari yang ditemuinya sebelumnya di apartemen,tertidur di lantai karena menunggunya. Yun Soo bergerak pelan dan menyandarkan dirinya di kaki piano, pandangannya tak terlepas pada sosok gadis yang mengenakan pakaian berwarna pink dan menggenggam erat kalung berbetuk salib. Dengan pelan Yun Soo membelai rambut Hana dan seolah-olah ingin mengatakan kalau dia sangat mencintai Hana.
Yun Soo menemukan sebuah foto yang tergeletak tak jauh dari Hana dan foto tersebut adalah satu-satunya foto yang dimiliki Hana bersama dengan Yun Soo.
“kamu pasti sudah sangat lelah” gumam Yun Soo
Keesokan harinya
Hana terbangun dan terkejut saat mendapati dirinya berada di tempat tidur. Hal yang lebih membuatnya terkejut saat mendapati sebuah kotak dan di dalamnya terdapat sebuah Hp berwarna pink. Hana membukanya dan disaat bersamaan sebuah sms masuk “makan siang bersama”.
Hana melompat turun dari tempat tidur dan kembali senang saat menemukan Yun Soo sudah menyiapkan sarapan pagi untuknya.
Saat melewati lobi, Hana tanpa sengaja berpapasana dengan Ryu
“Hana, makan siang bersama” ajak Ryu
“itu….”
“ada janji?” tanya Ryu
“ya”
“bagaimana kalau makan malam?” tanya Ryu lagi
“aku harus bekerja di tempat Maya” jawab Hana
“oh, kalau begitu aku akan menjemputmu”
“tidak perlu, aku akan meneleponmu nanti” tolak Hana
“jangan lupa meneleponku ya, aku akan menunggu” teriak Ryu sesaat sebelum Hana pergi. Hana merasa bersalah karena sudah berbohong kepada Ryu, namun bertemu dengan Yun Soo adalah hal terpenting bagi Hana sekarang.
Seseorang memanggil Hana saat Hana sedang menunggu di taman. Hana berbalik dan tersenyum saat melihat Yun Soo mengenakan pakaian berwarna biru sama dengan warna baju yang dikenakannya dan membawa sebuah sepeda berwarna biru juga. Dengan kecepatan penuh, Yun Soo mengayuh sepeda. Jalan yang dipenuhi sesak orang-orang yang berangkat bekerja tak diperdulikan Hana dan Yun Soo, senyum terus terkembang di wajah mereka berdua.
Namun semuanya hanya sementara karena beberapa orang pria berkendara motor datang menghampiri mereka dan merebut jas Hana. Yun Soo dengan jelas sudah mengetahui siapa mereka semua tetapi Yun Soo berpura-pura tidak mengenal mereka di hadapan Hana. Tatapan Yun Soo dan salah satu pria bertemu. Dengan sengaja pria tersebut melemparkan jas Hana ke wajah Yun Soo. Yun Soo tersenyum dan hanya terdiam tanpa berbuat apa-apa.
Para pria tersebut akhirnya pergi setelah sebelumnya sempat memberi peringatan pada Yun Soo untuk berhati-hati dengan gerakan tangan yang pasti dimengerti Hana “kamu akan mati”. Hana memandang Yun Soo khawatir, namun Yun Soo hanya tersenyum.
Seorang wanita berpakaian merah berjalan tegap masuk ke dalam hotel. “Ryu Senpai aku sedang menuju ke ruanganmu, tunggu aku”.
Sementara itu di salah satu kamar hotel tepatnya di kamar mandi terlihat Yun Soo dan Hana sedang bermain-main air. Bunyi bel membuat mereka berhenti dan bergegas membuka pintu.
Yun Soo terkejut saat melihat Maya yang datang bersama Ryu begitupun dengan Hana. Ryu pun tak kalah terkejutnya saat mendapati Hana dan Yun Soo basah kuyup.
“lagi asyik bermain-main ya?” tanya Maya
“pulanglah” ucap Yun Soo emosi
“Yuki, kamu terlebih dahulu yang tidak menepati janji jadi aku akan menjadi lebih kejam” ucap Maya dan mendekati Hana yang tertunduk lesu
“Maya” ucap Yun Soo berusaha menahan Maya namun Maya sama sekali tidak perduli
“Hana, orang tuamu telah meninggal dua tahun lalu karena mengalami kecelakaan mobil. Kenapa? Karena terlalu senang makanya tidak ingin percaya. Orang tua kalian berdua meninggal dan sekarang kamu bisa menyukai Yun Soo kan?”
“jangan bicara lagi” ucap Yun Soo dengan mata berpendar merah berusaha menahan amarah yang sudah siap meluap
“Apa? Yuki, kamu juga tahu kan? Jelas tahu, mengapa tak mengatakannya? Hana kamu tanya pada Kakakmu, yang aku katakan jujur kan?” tanya Maya pada Yun Soo kemudian pada Hana dan kembali ke Yun Soo lagi
“Oppa semuanya bohong kan?” tanya Hana
“gadis bodoh jangan berpura-pura sedih” ucap Maya
“aku sudah katakan diam” ucap Yun Soo namun Maya tak menggubrisnya
“kamu pasti senang kan? Kalian sekarang bukan kakak adik lagi”
“jangan bicara lagi” teriak Yun Soo dengan dengan serta merta memukul kepala Maya hingga
Maya pingsan dan tak sadarkan diri di lantai.
Maya dibopong dengan tandu menuju mobil ambulans. Para karyawan hotel mulai berbicara mengenai Hana yang kedapatan bersama dengan tamu Hotel yang dia akui adalah Kakaknya. Maya berusaha membuka mata dan terlihat senang melihat Hana menderita sementara Mika berusaha membela Hana kalau tamu Hotel tersebut memang benar Kakak Hana yang sudah lama tak ditemuinya.
“Hana ada apa sebenarnya?” tanya Mika dengan menggunakan bahasa korea. Hana tidak menjawab dan hal tersebut membuat Mika merasa iba dan memeluk Hana. Hana melepaskan pelukan Mika dan berjalan menuju Manager Hotel
“aku minta maaf atas kekacauan yang sudah kiperbuat. Aku akan mengundurkan diri secepatnya” ucap Hana sedih
“sudah terjadi hal seperti ini, jika masih ingin tinggal dan bekerja disini sungguh tidak tahu malu”
“aku minta maaf. Aku ucapkan terima kasih atas semuanya” ucap Hana
Ryu yang berada tak jauh dari mereka berdua memanggil Manager Hotel dan memintanya untuk menyuruh semua pegawai Hotel untuk diam.
Hana terduduk lemas di kursi taman yang menghadap laut. Air mata tak henti-hentinya membanjiri wajah Hana ketika kembali mengingat semua kata-kata Maya mengenai kenyataan kematian orang tuanya dan kenyataan jika Yun Soo juga mengetahui semuanya dan dengan sengaja menyembunyikan darinya.
Ryu menemui Yun Soo di kamarnya
“menutup diri sebagai orang lain ada alasan apa sebenarnya?” tanya Ryu
“aku menyukai Hana, kamu marah?” jawab Yun Soo namun Ryu terdiam dan lebih memilih untuk meninggalkan Yun Soo yang menangis sepeninggal Ryu.
Seorang pria mendatangi kediaman Bos Yun Soo dan meminta adanya pertukaran. Maya yang diam-diam mendengarnya dibalik dinding terkejut karena di dalam percakapan tersebut nama Yun Soo disebut. Pria tersebut bergegas pergi dan tanpa sengaja berpapasan dengan sebuah mobil yang didalamnya ada Yun Soo.
Yun Soo menemui Bosnya dan diminta untuk bersembunyi di Seoul, Korea sementara waktu karena nyawa Yun Soo sedang berada dalam bahaya.
“aku akan menyelesaikan semuanya” ucap Yun Soo karena jika Yun Soo mengikuti apa yang dikatakan Bosnya maka dia akan meninggalkan Hana sendirian di Jepang
Maya dengan cepat menahan tangan Yun Soo saat Yun Soo baru saja ingin pergi. Maya menarik Yun Soo ke semak-semak dan mengatakan kalau ada sesuatu hal yang ingin dikatakannya pada Yun Soo tetapi bukan disini. Pembicaraan singkat antara Maya dan Yun Soo tanpa sengaja dilihat oleh Bos Yun Soo yang notabene adalah suami Maya.
Sebuah mobil putih melaju kencang di jalan raya dan terlihat beberapa orang pria berkendara sepeda motor membuntuti.
Hana ikut tertawa “sekarang kamu sudah kembali menjadi Yun Soo, menjadi Oppaku. Kita akan mencari Ibu dan Ayah bersama-sama”. Ucap Hana dan Yun Soo hanya terdiam “benar-benar pedas” tambah Hana dan tertawa.
Selesai makan Hana mengajak Yun Soo ke sebuah jalan besar
“setiap kali aku mengingat Ibu dan Oppa aku pasti kesini. Seperti yang sering Oppa katakan, jika kaki tidak dingin maka hati yang akan menjadi dingin. Karena satu orang, aku menjadi sangat sedih dan disaat itu aku akhirnya mengerti bagaimana perasaan Oppa dulu. Aku tidak mengerti makanya aku berbohong, ini semua salahku. Aku sangat senang bisa bertemu dengan Oppa lagi, kata yang pertama ingin aku ucapkan ketika bertemu Oppa “mianhae Oppa, mianhaeyo”.
“aku yang bersalah padamu, meninggalkanmu sendirian”
Hana menggeleng “sekarang sudah tidak apa-apa, asalkan Oppa disampingku”
Yun Soo tersenyum dan mengatakan “baiklah”
Hana pun ikut tersenyum dan memukul Yun Soo pelan “jangan pernah meninggalkanku lagi, selamanya disampingku” ucap Hana dan berjalan mundur sambil menatap Yun Soo
“baiklah, aku akan melakukannya”
“tidak perduli apapun yang terjadi?” tanya Hana
“tidak perduli apapun yang terjadi” ucap Yun Soo mengulangi
Hana tersenyum senang begitupun dengan Yun Soo. Hana berlarian dan Yun Soo mengejarnya. Bersama-sama mereka berlari tanpa beralaskan alas kaki karena kaki yang dingin tidak akan membuat hati menjadi dingin.
Hp Yun Soo yang ditahan Hana berdering.
“Oppa sudah bisa mengangkatnya” ucap Hana senang karena tadi sempat melarang Yun Soo mengangkatnya
“Yuki kamu sekarang dengan siapa?” tanya seorang wanita dengan menggunakan bahasa jepang. Yun Soo tidak menjawabnya dan mematikan telepon
“tunggu aku di kamar, aku akan kembali” ucap Yun Soo pada Hana
Yun Soo berlarian memasuki sebuah apartemen. Langkahnya terhenti ketika memasuki sebuah ruangan dan melihat seorang wanita duduk di sofa dan menuangkan segelas anggur ke dua buah gelas yang berbeda. Yun Soo tersenyum melihat Maya begitupun dengan Maya. Maya berjalan mendekati Yun Soo dan melingkarkan tangannya ke leher Yun Soo. Maya mengatakan kalau Yun Soo tidak boleh bertemu dengan Hana tanpa seijinnya karena mereka sudah membuat perjanjian. Yun Soo balik mengatakan dan menantang Maya kalau dia akan bertemu dengan Hana hari hari ini, besok, lusa dan seterusnya tanpa memerlukan persetujuannya.
Yun Soo kembali berlarian menuju Hotel. Langkahnya kembali terhenti saat menemukan sosok gadis yang berbeda dari yang ditemuinya sebelumnya di apartemen,tertidur di lantai karena menunggunya. Yun Soo bergerak pelan dan menyandarkan dirinya di kaki piano, pandangannya tak terlepas pada sosok gadis yang mengenakan pakaian berwarna pink dan menggenggam erat kalung berbetuk salib. Dengan pelan Yun Soo membelai rambut Hana dan seolah-olah ingin mengatakan kalau dia sangat mencintai Hana.
Yun Soo menemukan sebuah foto yang tergeletak tak jauh dari Hana dan foto tersebut adalah satu-satunya foto yang dimiliki Hana bersama dengan Yun Soo.
“kamu pasti sudah sangat lelah” gumam Yun Soo
Keesokan harinya
Hana terbangun dan terkejut saat mendapati dirinya berada di tempat tidur. Hal yang lebih membuatnya terkejut saat mendapati sebuah kotak dan di dalamnya terdapat sebuah Hp berwarna pink. Hana membukanya dan disaat bersamaan sebuah sms masuk “makan siang bersama”.
Hana melompat turun dari tempat tidur dan kembali senang saat menemukan Yun Soo sudah menyiapkan sarapan pagi untuknya.
Saat melewati lobi, Hana tanpa sengaja berpapasana dengan Ryu
“Hana, makan siang bersama” ajak Ryu
“itu….”
“ada janji?” tanya Ryu
“ya”
“bagaimana kalau makan malam?” tanya Ryu lagi
“aku harus bekerja di tempat Maya” jawab Hana
“oh, kalau begitu aku akan menjemputmu”
“tidak perlu, aku akan meneleponmu nanti” tolak Hana
“jangan lupa meneleponku ya, aku akan menunggu” teriak Ryu sesaat sebelum Hana pergi. Hana merasa bersalah karena sudah berbohong kepada Ryu, namun bertemu dengan Yun Soo adalah hal terpenting bagi Hana sekarang.
Seseorang memanggil Hana saat Hana sedang menunggu di taman. Hana berbalik dan tersenyum saat melihat Yun Soo mengenakan pakaian berwarna biru sama dengan warna baju yang dikenakannya dan membawa sebuah sepeda berwarna biru juga. Dengan kecepatan penuh, Yun Soo mengayuh sepeda. Jalan yang dipenuhi sesak orang-orang yang berangkat bekerja tak diperdulikan Hana dan Yun Soo, senyum terus terkembang di wajah mereka berdua.
Namun semuanya hanya sementara karena beberapa orang pria berkendara motor datang menghampiri mereka dan merebut jas Hana. Yun Soo dengan jelas sudah mengetahui siapa mereka semua tetapi Yun Soo berpura-pura tidak mengenal mereka di hadapan Hana. Tatapan Yun Soo dan salah satu pria bertemu. Dengan sengaja pria tersebut melemparkan jas Hana ke wajah Yun Soo. Yun Soo tersenyum dan hanya terdiam tanpa berbuat apa-apa.
Para pria tersebut akhirnya pergi setelah sebelumnya sempat memberi peringatan pada Yun Soo untuk berhati-hati dengan gerakan tangan yang pasti dimengerti Hana “kamu akan mati”. Hana memandang Yun Soo khawatir, namun Yun Soo hanya tersenyum.
Seorang wanita berpakaian merah berjalan tegap masuk ke dalam hotel. “Ryu Senpai aku sedang menuju ke ruanganmu, tunggu aku”.
Sementara itu di salah satu kamar hotel tepatnya di kamar mandi terlihat Yun Soo dan Hana sedang bermain-main air. Bunyi bel membuat mereka berhenti dan bergegas membuka pintu.
Yun Soo terkejut saat melihat Maya yang datang bersama Ryu begitupun dengan Hana. Ryu pun tak kalah terkejutnya saat mendapati Hana dan Yun Soo basah kuyup.
“lagi asyik bermain-main ya?” tanya Maya
“pulanglah” ucap Yun Soo emosi
“Yuki, kamu terlebih dahulu yang tidak menepati janji jadi aku akan menjadi lebih kejam” ucap Maya dan mendekati Hana yang tertunduk lesu
“Maya” ucap Yun Soo berusaha menahan Maya namun Maya sama sekali tidak perduli
“Hana, orang tuamu telah meninggal dua tahun lalu karena mengalami kecelakaan mobil. Kenapa? Karena terlalu senang makanya tidak ingin percaya. Orang tua kalian berdua meninggal dan sekarang kamu bisa menyukai Yun Soo kan?”
“jangan bicara lagi” ucap Yun Soo dengan mata berpendar merah berusaha menahan amarah yang sudah siap meluap
“Apa? Yuki, kamu juga tahu kan? Jelas tahu, mengapa tak mengatakannya? Hana kamu tanya pada Kakakmu, yang aku katakan jujur kan?” tanya Maya pada Yun Soo kemudian pada Hana dan kembali ke Yun Soo lagi
“Oppa semuanya bohong kan?” tanya Hana
“gadis bodoh jangan berpura-pura sedih” ucap Maya
“aku sudah katakan diam” ucap Yun Soo namun Maya tak menggubrisnya
“kamu pasti senang kan? Kalian sekarang bukan kakak adik lagi”
“jangan bicara lagi” teriak Yun Soo dengan dengan serta merta memukul kepala Maya hingga
Maya pingsan dan tak sadarkan diri di lantai.
Maya dibopong dengan tandu menuju mobil ambulans. Para karyawan hotel mulai berbicara mengenai Hana yang kedapatan bersama dengan tamu Hotel yang dia akui adalah Kakaknya. Maya berusaha membuka mata dan terlihat senang melihat Hana menderita sementara Mika berusaha membela Hana kalau tamu Hotel tersebut memang benar Kakak Hana yang sudah lama tak ditemuinya.
“Hana ada apa sebenarnya?” tanya Mika dengan menggunakan bahasa korea. Hana tidak menjawab dan hal tersebut membuat Mika merasa iba dan memeluk Hana. Hana melepaskan pelukan Mika dan berjalan menuju Manager Hotel
“aku minta maaf atas kekacauan yang sudah kiperbuat. Aku akan mengundurkan diri secepatnya” ucap Hana sedih
“sudah terjadi hal seperti ini, jika masih ingin tinggal dan bekerja disini sungguh tidak tahu malu”
“aku minta maaf. Aku ucapkan terima kasih atas semuanya” ucap Hana
Ryu yang berada tak jauh dari mereka berdua memanggil Manager Hotel dan memintanya untuk menyuruh semua pegawai Hotel untuk diam.
Hana terduduk lemas di kursi taman yang menghadap laut. Air mata tak henti-hentinya membanjiri wajah Hana ketika kembali mengingat semua kata-kata Maya mengenai kenyataan kematian orang tuanya dan kenyataan jika Yun Soo juga mengetahui semuanya dan dengan sengaja menyembunyikan darinya.
Ryu menemui Yun Soo di kamarnya
“menutup diri sebagai orang lain ada alasan apa sebenarnya?” tanya Ryu
“aku menyukai Hana, kamu marah?” jawab Yun Soo namun Ryu terdiam dan lebih memilih untuk meninggalkan Yun Soo yang menangis sepeninggal Ryu.
Seorang pria mendatangi kediaman Bos Yun Soo dan meminta adanya pertukaran. Maya yang diam-diam mendengarnya dibalik dinding terkejut karena di dalam percakapan tersebut nama Yun Soo disebut. Pria tersebut bergegas pergi dan tanpa sengaja berpapasan dengan sebuah mobil yang didalamnya ada Yun Soo.
Yun Soo menemui Bosnya dan diminta untuk bersembunyi di Seoul, Korea sementara waktu karena nyawa Yun Soo sedang berada dalam bahaya.
“aku akan menyelesaikan semuanya” ucap Yun Soo karena jika Yun Soo mengikuti apa yang dikatakan Bosnya maka dia akan meninggalkan Hana sendirian di Jepang
Maya dengan cepat menahan tangan Yun Soo saat Yun Soo baru saja ingin pergi. Maya menarik Yun Soo ke semak-semak dan mengatakan kalau ada sesuatu hal yang ingin dikatakannya pada Yun Soo tetapi bukan disini. Pembicaraan singkat antara Maya dan Yun Soo tanpa sengaja dilihat oleh Bos Yun Soo yang notabene adalah suami Maya.
Sebuah mobil putih melaju kencang di jalan raya dan terlihat beberapa orang pria berkendara sepeda motor membuntuti.
“Bos 2 tahun lalu membunuh 6 orang. Diantara mereka terdapat Simada yang terluka dan sempat ditahan polisi. Untuk menyembunyikan semuanya, Bos meminta Yuki untuk membunuh Simada karena polisi sama sekali tak mengenal Yuki. Simada yang diketahui semuanya sudah mati ternyata masih hidup dan berniat membalas dendam pada Yuki”.
Yun Soo meminta kepada asistennya untuk merapatkan mobil ke pinggir jalan.
“Yuki” panggil Maya dan berusaha menahan Yun Soo
“jangan ikut bersamaku, kamu akan dalam bahaya” ucap Yun Soo dan bergegas turun masuk ke dalam sebuah pusat perbelanjaan. Simada dan beberapa anak buahnya menghentikan motor mereka dan bergegas mengejar Yun Soo.
Saling kejar-kejaran pun terjadi antara Yun Soo dan Simada. Yun Soo sesekali berhenti sesaat dan melirik kepada Simada yang mulai kewalahan. Yun Soo terjepit, Simada dan anak buahnya hampir saja menangkapnya tepat disaat sebuah tangan menarik Yun Soo masuk bersembunyi di sebuah photobox.
“aku tidak bisa membiarkanmu mati begitu saja, aku mencintaimu. Apa kamu
begitu membenciku?” tanya Maya. Perasaan Maya kepada Yun Soo
perlahan-lahan mulai berubah seiring dengan berjalannya waktu. Rasa
benci dan tidak suka yang dulu dirasakannya ketika masih SMA berubah
menjadi cinta. Semua hal yang dilakukan Maya terutama untuk menjauhkan
Yun Soo dan Hana adalah bukti nyata rasa cinta Maya, tetapi bagaimana
dengan Yun Soo sendiri???
“aku hanya akan membuatmu terluka” jawab Yun Soo
“aku merasa tenang sekarang, aku ingin seperti ini selamanya” ucap Maya dan memeluk Yun Soo. Yun Soo perlahan-lahan melepaskan pelukan Maya, karena baginya Maya hanyalah seorang adik dan tidak lebih. Hati Yun Soo dan cinta Yun Soo hanya terpaut pada Hana Hana seorang.
“terima kasih” jawab Yun Soo dan segera meninggalkan Maya yang menangis
Yun Soo berlarian menuju Hotel dan iba ketika melihat Hana terduduk di salah satu tiang di luar Hotel. Asisten Yun Soo keluar dari mobil dan memang sedaritadi sudah menunggu Yun Soo dan berusaha memantau Hana dari kejauhan.
Keesokan harinya
Hana menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Ryu dan meminta maaf atas semua yang terjadi. Tapi apa yang terjadi??? Bukannya menerima pengunduran diri Hana, Ryu dengan serta merta merobek surat tepat dihadapan Hana. Ryu berdiri dari kursinya dan mendekati Hana. Ryu mengatakan kalau dia sangat mencintai Hana dan mempercayai Hana meskipun desas desus beredar diluar ataupun orang membicarakannya, Ryu tidak perduli.
Yun Soo tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan mengatakan kalau sudah saatnya mereka pergi melihat makam Ibu Hana.
“aku akan menunggu sampai kamu kembali” ucap Ryu sesaat sebelum Hana pergi.
“jangan bersedih, mereka sekarang berada di surga” ucap Yun Soo berusaha menyabarkan Hana ketika mereka sampai di makam Ibu Hana yang berdekatan dengan makam Ayah Hana.
“nanti kita bukan kakak adik lagi? Kita sekarang adalah orang yang berbeda” ucap Hana
“benar”
“nanti Oppa, bukan Oppa Hana lagi?”
“benar”
“kita bertemu menjadi kakak adik, adalah takdir?”
“benar”
“dan kita sekarang menjadi dua orang yang tak ada hubungan juga adalah takdir?”
Yun Soo terdiam lama dan hanya menatap Hana. Yun Soo memilih berbalik dan berjalan
“apa aku sekarang sudah bisa mencintai Oppa?” tanya Hana untuk kesekian kalinya dan pertanyaannya menghentikan langkah Yun Soo “jika tidak, hari ini adalah hari terakhir dan itu akan lebih mudah” tambah Hana
“untuk saat ini susah… aku pergi dulu” ucap Yun Soo dan sekali lagi meninggalkan seorang gadis yang begitu mencintainya dan hanya bisa menangis menatapnya.
Oppa yang engkau katakan memang benar… saling mencintai adalah hal yang indah dan tak bisa mencintai adalah hal yang menyedihkan. Saling mencintai adalah cara yang lebih gampang, tapi Oppa ada satu masalah…. Apa aku bisa melupakanmu? Apa Oppa akan pergi begitu saja?
Hana melepaskan kalung salibnya dan menggantungnya di salah satu ranting pohon cemara. Dengan penuh keikhlasan, Hana mulai berdoa sambil menutup mata. Hana terkejut saat melihat mobil yang dikendarai Yun Soo kembali dan seseorang turun dari mobil tersebut. Tanpa perlu menunggu lama, Hana berlari sekencang-kencangnya dan berusaha mengatur nafasnya.
“aku sudah memikirkan semuanya” ucap Yun Soo
Yun Soo mengajak Hana ke sebuah rumah.
Kobaran api di depan Hana dan Yun Soo membuat suasana yang dingin menjadi hangat.
“sangat hangat, Oppa disampingku benar-benar hangat. Terima kasih Oppa”
“untuk apa?”
“untuk semuanya. Aku menyukai Oppa, aku menyukai wangi Oppa” ucap Hana dan perlahan-lahan mulai memejamkan Hana. Bagi Hana saat seperti ini adalah saat-saat yang dinantikannya tetapi bagi Yun Soo berada di dekat Hana justru membawa gadis tersebut ke dalam marabahaya.
Hana dan Yun Soo berlarian menuju makam. Ditangan mereka masing-masing terdapat sebuah ember kecil.
“Hana, Oppa” ucap Hana pada ke dua boneka salju yang ukurannya berbeda
Yun Soo meletakkan ember dikepala salah satu boneka yang ukurannya kecil dan mengatakan “Hana” dan kembali mengambil ember di tangan Hana dan meletakkannya di kepala boneka salju lainnya yang ukurannya lebih besar dan mengatakan “Ryu”.
“aku sangat senang bersamamu dan akan tetap disampingmu sebagai Oppa. Ryu orang yang baik”
“aku tahu” ucap Hana sedih dan akhirnya mengetahui jawaban dari pertanyaannya tadi siang
“menikahlah dengan Ryu” tambah Yun Soo dan berusaha tegar di hadapan gadis yang sangat dicintainya.
Yun Soo menemui asistennya dan sekaligus sahabat baginya
“bersama Hana justru akan membuat nyawanya terancam. Aku pernah bermimpi jika meninggalkan semuanya dan menyerah, maka suatu hari nanti dengan terang-terangan bisa berdiri disamping Hana… aku sudah menunggu selama beberapa tahun”
“jika menyerahkan diri, Bos tidak akan mengampunimu… jika menyerahkan diri, jati diri Bos akan ketahuan”
“aku sudah memutuskan akan menyerahkan diri. Aku ingin hidup bahagia bersama dengan Hana walaupun hanya sehari…. Aku akan menyerahkan diri dan memberikan nama Yuki”
“lalu Hana bagaimana?”
“disamping Hana masih ada kamu”
Hana menatap keluar jendela indahnya salju yang turun dari langit. Hana menjulurkan tangan kedepan dan merasakan dinginnya salju yang sama dinginnya dengan hatinya saat ini.
“Oppa, saranghaeyo…. Saranghaeyo….saranghaeyo”.
“aku hanya akan membuatmu terluka” jawab Yun Soo
“aku merasa tenang sekarang, aku ingin seperti ini selamanya” ucap Maya dan memeluk Yun Soo. Yun Soo perlahan-lahan melepaskan pelukan Maya, karena baginya Maya hanyalah seorang adik dan tidak lebih. Hati Yun Soo dan cinta Yun Soo hanya terpaut pada Hana Hana seorang.
“terima kasih” jawab Yun Soo dan segera meninggalkan Maya yang menangis
Yun Soo berlarian menuju Hotel dan iba ketika melihat Hana terduduk di salah satu tiang di luar Hotel. Asisten Yun Soo keluar dari mobil dan memang sedaritadi sudah menunggu Yun Soo dan berusaha memantau Hana dari kejauhan.
Keesokan harinya
Hana menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Ryu dan meminta maaf atas semua yang terjadi. Tapi apa yang terjadi??? Bukannya menerima pengunduran diri Hana, Ryu dengan serta merta merobek surat tepat dihadapan Hana. Ryu berdiri dari kursinya dan mendekati Hana. Ryu mengatakan kalau dia sangat mencintai Hana dan mempercayai Hana meskipun desas desus beredar diluar ataupun orang membicarakannya, Ryu tidak perduli.
Yun Soo tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan mengatakan kalau sudah saatnya mereka pergi melihat makam Ibu Hana.
“aku akan menunggu sampai kamu kembali” ucap Ryu sesaat sebelum Hana pergi.
“jangan bersedih, mereka sekarang berada di surga” ucap Yun Soo berusaha menyabarkan Hana ketika mereka sampai di makam Ibu Hana yang berdekatan dengan makam Ayah Hana.
“nanti kita bukan kakak adik lagi? Kita sekarang adalah orang yang berbeda” ucap Hana
“benar”
“nanti Oppa, bukan Oppa Hana lagi?”
“benar”
“kita bertemu menjadi kakak adik, adalah takdir?”
“benar”
“dan kita sekarang menjadi dua orang yang tak ada hubungan juga adalah takdir?”
Yun Soo terdiam lama dan hanya menatap Hana. Yun Soo memilih berbalik dan berjalan
“apa aku sekarang sudah bisa mencintai Oppa?” tanya Hana untuk kesekian kalinya dan pertanyaannya menghentikan langkah Yun Soo “jika tidak, hari ini adalah hari terakhir dan itu akan lebih mudah” tambah Hana
“untuk saat ini susah… aku pergi dulu” ucap Yun Soo dan sekali lagi meninggalkan seorang gadis yang begitu mencintainya dan hanya bisa menangis menatapnya.
Oppa yang engkau katakan memang benar… saling mencintai adalah hal yang indah dan tak bisa mencintai adalah hal yang menyedihkan. Saling mencintai adalah cara yang lebih gampang, tapi Oppa ada satu masalah…. Apa aku bisa melupakanmu? Apa Oppa akan pergi begitu saja?
Hana melepaskan kalung salibnya dan menggantungnya di salah satu ranting pohon cemara. Dengan penuh keikhlasan, Hana mulai berdoa sambil menutup mata. Hana terkejut saat melihat mobil yang dikendarai Yun Soo kembali dan seseorang turun dari mobil tersebut. Tanpa perlu menunggu lama, Hana berlari sekencang-kencangnya dan berusaha mengatur nafasnya.
“aku sudah memikirkan semuanya” ucap Yun Soo
Yun Soo mengajak Hana ke sebuah rumah.
Kobaran api di depan Hana dan Yun Soo membuat suasana yang dingin menjadi hangat.
“sangat hangat, Oppa disampingku benar-benar hangat. Terima kasih Oppa”
“untuk apa?”
“untuk semuanya. Aku menyukai Oppa, aku menyukai wangi Oppa” ucap Hana dan perlahan-lahan mulai memejamkan Hana. Bagi Hana saat seperti ini adalah saat-saat yang dinantikannya tetapi bagi Yun Soo berada di dekat Hana justru membawa gadis tersebut ke dalam marabahaya.
Hana dan Yun Soo berlarian menuju makam. Ditangan mereka masing-masing terdapat sebuah ember kecil.
“Hana, Oppa” ucap Hana pada ke dua boneka salju yang ukurannya berbeda
Yun Soo meletakkan ember dikepala salah satu boneka yang ukurannya kecil dan mengatakan “Hana” dan kembali mengambil ember di tangan Hana dan meletakkannya di kepala boneka salju lainnya yang ukurannya lebih besar dan mengatakan “Ryu”.
“aku sangat senang bersamamu dan akan tetap disampingmu sebagai Oppa. Ryu orang yang baik”
“aku tahu” ucap Hana sedih dan akhirnya mengetahui jawaban dari pertanyaannya tadi siang
“menikahlah dengan Ryu” tambah Yun Soo dan berusaha tegar di hadapan gadis yang sangat dicintainya.
Yun Soo menemui asistennya dan sekaligus sahabat baginya
“bersama Hana justru akan membuat nyawanya terancam. Aku pernah bermimpi jika meninggalkan semuanya dan menyerah, maka suatu hari nanti dengan terang-terangan bisa berdiri disamping Hana… aku sudah menunggu selama beberapa tahun”
“jika menyerahkan diri, Bos tidak akan mengampunimu… jika menyerahkan diri, jati diri Bos akan ketahuan”
“aku sudah memutuskan akan menyerahkan diri. Aku ingin hidup bahagia bersama dengan Hana walaupun hanya sehari…. Aku akan menyerahkan diri dan memberikan nama Yuki”
“lalu Hana bagaimana?”
“disamping Hana masih ada kamu”
Hana menatap keluar jendela indahnya salju yang turun dari langit. Hana menjulurkan tangan kedepan dan merasakan dinginnya salju yang sama dinginnya dengan hatinya saat ini.
“Oppa, saranghaeyo…. Saranghaeyo….saranghaeyo”.
-BERSAMBUNG-
DI TUNGGU BANGETZ EA EPISODE 8 PE 10NYA....GOMAWO....
BalasHapusinsya Allah dilanjut chingu....
BalasHapuschonmaneyo....
cingu buruan dnk dilanjutin lagi, penasaran nih.. T_T
BalasHapusiya chingu, insya Allah.....
BalasHapuslagi nunggu mood yang baik utk membuatnya^^
makasih ya udah setia nungguin