Ayo Kita Pacaran!!!
Mianhae Chingu baru sempat posting kelanjutannya....
Happy Reading ^______^
Episode 7 dibuka dengan Hwa Ran yang masih mengingat pertemuannya dengan Ayah Ra Ra, sementara di kediaman Sa Ran, Hwa Ja baru saja selesai membuat cake coklat dan menikmatinya bersama dengan Sa Ran dan suaminya. Hwa Ja mengatakan jika Sa Ran suatu saat nanti akan menikah dengan orang kaya dan akan hidup bahagia.
Nenek dan Kakek Ra Ra terlihat sedang asyik mengobrol di kamarnya, suasana kamar berubah menjadi ramai dengan canda tawa Nenek Ra Ra, sebaliknya terjadi ketegangan di kamar Joo Hee dan suaminya. Wajah Ayah Ra Ra terlihat tidak menunjukkan ekspresi terkejut ketika sang istri mengatakan jika besok malam Ra Ra akan bertemu dengan Da Mo.
Ayah Ra Ra mengatakan jika dia ingin berkunjung ke Buyonggak bersama dengan temannya dan tentunya ingin mengajak sang istri bersamanya.
Sa Ran terlihat malas ketika melihat nama yang tertera di layar kaca Handphonenya. Ra Ra meneleponnya dan mengajak Sa Ran untuk berkunjung ke sebuah peramal dan meramal nasib mereka. Sesaat sebelum menutup telepon Ra Ra mengatakan jika besok dirinya dan Da Mo akan bertemu.
Di Buyonggak, Ahjussi Saeng Kang sedang mengajarkan tekhnik menari yang baik kepada beberapa orang gisaeng. Disaat bersamaan, Kyle datang sesuai dengan kegiatan yang harus dan wajib dilakukannya adalah mengajarkan bahasa asing (inggris kepada para Gisaeng).
Ahjussi Saeng Kang mengajak Kyle untuk menari terlebih dahulu sebelum mengajar, Kyle merasa senang dan bangga. Suara musik tradisional mulai terdengar di seluruh ruangan, suara canda dan ejekan pun sesekali terdengar ketika Kyle dan para Gisaeng mengejek Ahjussi Saeng Kang yang merasa kesal karena tatapan salah satu gisaeng yang sempat diajarinya menari berbeda saat menatapnya dan saat menatap Kyle.
Rencana Ra Ra gatot untuk bertemu dengan peramal, penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Bibinya yang juga berada di tempat yang sama. Ra Ra kesal setengah mati dan memutuskan membatalkan rencananya untuk bertemu peramal.
Dan yang lebih fatalnya, Bibi Ra Ra memberitahukan hal tersebut kepada Ibu Ra Ra. Bibi Ra Ra menyalahkan Joo Hee karena tidak tahu mengurus anak dengan benar, kemana tujuan Ra Ra, Joo Hee pun tidak tahu. Joo Hee berusaha membela diri namun disaat bersamaan Kakek dan Nenek Ra Ra pulang.
“apa yang dilakukannya disini?” Tanya Kakek Ra Ra begitu Bibi Ra Ra pulang
“dia mengatakan jika Ra Ra pergi menemui peramal” jawab Joo Hee terlihat sedih.
Nenek Ra Ra mulai mengungkit masa lalu Bibi Ra Ra dan Ra Ra, namun dengan secepat kilat Kakek Ra Ra segera membungkam mulut Nenek Ra Ra sebelum istrinya berkata jauh lebih lanjut.
Pertemuan Ra Ra dan Da Mo
Ra Ra membuka pembicaraan dengan membicarakan hobby Da Mo namun Da Mo terlihat tidak antusias. Da Mo lebih memilih to the point jika dirinya ingin membatalkan perjodohan yang sudah direncanakan ke dua orang tua mereka.
Kesal??? Tentu saja yang dirasakan Ra Ra saat ini. Dirinya ditolak mentah-mentah oleh seorang Ah Da Mo dan hal tersebut adalah seperti suatu penghinaan untuknya.
Alasan yang kemudian dikatakannya kepada orang tuanya adalah tidak ada kecocokan diantara mereka dan dirinya dan Da Mo sudah sepakat untuk membatalkan rencana pertunangan ini. Da Mo pun mengatakan hal yang sama kepada orang tuanya dan rasa bersalah sama sekali tidak dirasakannya pada Ra Ra. Rasa bersalahnya justru lebih besar kepada Sa Ran atas sikapnya yang dianggap Sa Ran terlalu keterlaluan.
Da Mo mencoba menghubungi Sa Ran namun tak diangkat, mengirim buket bunga kepada Sa Ran namun tetap tidak ada tanggapan.Tapi jangan sebut Da Mo jika dirinya tidak mempunyai segudang ide.
Alasan yang kemudian dikatakannya kepada orang tuanya adalah tidak ada kecocokan diantara mereka dan dirinya dan Da Mo sudah sepakat untuk membatalkan rencana pertunangan ini. Da Mo pun mengatakan hal yang sama kepada orang tuanya dan rasa bersalah sama sekali tidak dirasakannya pada Ra Ra. Rasa bersalahnya justru lebih besar kepada Sa Ran atas sikapnya yang dianggap Sa Ran terlalu keterlaluan.
Da Mo mencoba menghubungi Sa Ran namun tak diangkat, mengirim buket bunga kepada Sa Ran namun tetap tidak ada tanggapan.Tapi jangan sebut Da Mo jika dirinya tidak mempunyai segudang ide.
Eun Ja merasa posisinya terancam dengan kehadiran Hwa Ja yang dengan jelas meminta kepada Soon Duk untuk mendapatkan posisi yang lebih baik daripada mencuci piring, yaitu memasak. Eun Ja mengingatkan Hwa Ja jika dirinya harus bekerja selama bertahun-tahun baru bisa memasak di dapur Buyonggak dan Hwa Ja yang belum setengah tahun bekerja di dapur Buyonggak malah ingin merasakannya. Senioritas tetap harus dijunjung tinggi, prinsip Eun Ja.
Sa Ran bersiap-siap pergi. Buket bunga kiriman Da Mo dibawanya. Saat berjalan keluar dari gedung apartemen, Son Ja muncul dan menawarkan tumpangan kepada Sa Ran.
Tujuan Sa Ran adalah kediaman Da Mo, tapi bukan Da Mo yang ingin ditemuinya melainkan Nenek Da Mo yang hendak mengajaknya keluar. Sa Ran bahkan sempat berkenalan dengan Ibu Da Mo.
Obrolan singkat pun terjadi ketika mereka berada di sebuah restoran sehabis menonton pertunjukan. Nenek Da Mo terlihat sangat menyukai Sa Ran dan diam-diam menginginkan Sa Ran dan Da Mo berkenalan dan menikah (Nenek Da Mo belum mengetahui jika Da Mo dan Sa Ran sudah berkenalan).
Da Mo yang baru saja pulang sedikit kecewa ketika melihat buket bunga yang dikirimkannya kepada Sa Ran berada di rumahnya. Kekecewaannya semakin bertambah ketika melihat sang Ayah yang baru saja pulang kerja selalu mencari Andrew terlebih dahulu daripada dirinya atau Ibunya. Pertengkaran kecil pun terjadi. Da Mo berusaha mengingatkan sang Ayah namun sang Ayah tak mau mengerti dan merasa perhatiannya kepada sang istri sudah cukup.
Da Mo beranggapan lain, sang Ayah jauh lebih mencintai Andrew yang notabene seorang anjing daripada Ibunya yang sudah mengabdikan hidupnya untuk menjadi istri yang baik.
Meskipun sudah diingatkan oleh sang Ibu, Da Mo tetap bersitegang dengan sang Ayah. Ancaman sang Ayah untuk mengeluarkannya dari perusahaan tak diindahkan Da Mo. Da Mo bahkan lebih memilih pergi untuk menemui Sa Ran.
Paman Ra Ra yang baru saja menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya menyempatkan diri menemui Ra Ra. Beruntung, tanpa sempat memencet bel pintu rumah,Paman Ra Ra berhasil bertemu dengan Ra Ra yang baru saja tiba di rumah.
Rasa rindunya dengan Ra Ra membuncah, bukan hanya istrinya yang ingin menerima pengakuan sebagai orang tua Ra Ra tetapi juga dirinya.
Da Mo menunggu di dalam mobil tepat di depan gedung apartemen Sa Ran. Sebuah mobil terlihat mendekat dan dari dalam mobilnya, Da Mo bisa melihat Neneknya dan Sa Ran (Da Mo sudah mengetahui rencana Neneknya untuk keluar bersama dengan Sa Ran).
Begitu memastikan mobil sang Nenek sudah tidak ada, Da Mo segera turun dan berusaha mengejar Sa Ran, sayang Sa Ran telah terlanjur masuk ke dalam lift. Da Mo mencoba menghubungi Hp Sa Ran dan diangkat oleh Gong Joo.
Hwa Ja sangat penasaran dengan Da Mo. Saat Gong Joo mengangkat Hp Sa Ran, Hwa Ja berada disampingnya. Tak puas dengan menginterogasi Gong Joo, Hwa Ja diam-diam mengawasi Sa Ran yang keluar secara diam-diam dari rumah untuk menemui Da Mo di mobilnya dari atas balkon rumahnya.
Perbincangan terjadi antara Sa Ran dan Da Mo.
Tidak mudah bagi Sa Ran memaafkan Da Mo, apalagi sifat Da Mo yang sekarang ini datang menemuinya adalah tanpa sepengetahuan Ra Ra.
“apa kamu belum mendengar? Perjodohan sudah dibatalkan, aku yang memintanya” ucap Da Mo dan membuat Sa Ran sedikit terkejut “besok kita bertemu lagi jam 11 siang. Angkat teleponku” pesan Da Mo sesaat sebelum Sa Ran turun dari mobilnya.
Sa Ran hanya membolak balik halaman buku dan sama sekali tidak bisa tertidur. Merasa bosan, Sa Ran mencoba menutup mata. Tepat pukul 4 pagi, bel pintu rumah apartemen Sa ran berbunyi. Seisi rumah terbangun, termasuk Ayah dan Ibu serta Gong Joo.
Hwa Ja terlihat ketakutan, hal yang sama pun terjadi pada Sa Ran. Sa Ran berpikir jika yang sekarang ada di balik pintu adalah Da Mo namun dugaan Sa Ran salah ketika terdengar suara Son Ja yang menjawab “aku” dan mulai menangis ketika pintu apartemen dibuka.
“Nenek meninggal” ucap Son Ja sedih. Selama ini Son Ja hanya hidup berdua dengan Neneknya, Ibunya telah lama tiada sedangkan Ayahnya entah berada dimana.
Sementara itu di kediaman Da Mo
Nenek dan Ibu Da Mo merancang sebuah taktik agar Ayah Da Mo membatalkan rencananya untuk mengeluarkan Da Mo dari perusahaan. Nenek Da Mo berpura-pura sakit dan mengatakan jika dirinya tidak nafsu makan. Ayah Da Mo tentu saja panik. Selain Andre, hal yang sangat berharga dalam hidupnya tentu saja Ibunya (dan sekali lagi Ibu Da Mo dan Da Mo penegcualian, ckckckck).
Nenek Da Mo mencoba menasehati puteranya agar tak terlalu keras terhadap Da Mo dan membatalkan niatnya. Nasehat dari Nenek Da Mo akhirnya didengar juga walaupun dengan berat hati, Ayah Da Mo sebenarnya ingin memberi pelajaran terhadap Da Mo tapi bagi Ibu dan Nenek Da Mo pelajaran untuk Da Mo sudah lewat ambang batas (hehehehe^^). Sementara Ibu dan Neneknya sibuk mengurus urusan Da Mo dan Ayahnya, Da Mo pagi-pagi buta lebih memilih pergi menunggang kuda.
Tetapi begitu pulang, giliran Da Mo yang mendapat kultum (kuliah tujuh menit, ngarang^^) dari Sang Nenek. Da Mo tentu saja berusaha membela diri dengan mengatakan jika dirinya tak terima jika Ibunya diperlakukan seenaknya oleh sang Ayah yang hanya mengurus Andrew, pulang kerja hanya mencari Andrew, mau tidur mencari Andrew (kayak lagu Ratu aja, ingat kamu). Da Mo ingin jika Ayahnya setidaknya memberi perhatian walaupun hanya hal yang paling kecil terhadap Ibunya, hanya itu tidak lebih.
Nenek Da Mo tetap tidak setuju dengan pemikiran Da Mo karena baginya tidak ada manusia yang sempurna. Sifat Ayah Da Mo mungkin seperti itu dan tidak ada yang akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya ^^, setidaknya Ayah Da Mo tidak pernah memukul Ibu Da Mo dan tidak pernah membiarkan istrinya bekerja keras. Nenek Da Mo meminta kepada Da Mo untuk meminta maaf kepada Ayahnya setelah Ayahnya pulang bekerja.
Da Mo sudah siap dengan setelan pakaian yang terlihat trendy sedangkan Sa Ran masih asyik menelepon dengan sahabatnya mengenai perjodohan Ra Ra. Sa Ran tidak terlihat terkejut ketika mendengar perjodohan Ra Ra dan Da Mo batal, tetapi yang membuatnya terkejut ketika mendengar alasan pembatalan perjodohan karena Da Mo adalah seorang Gay (WHAT??? -O-).
Sa Ran segera mengakhiri percakapan begitu menyadari ada sebuah telepon masuk.
Da Mo mengajak Sa Ran menuju sebuah rumah makan yang masih menjaga unsur tradisional.
Pelayan datang dan membawa daftar menu untuk Sa Ran dan Da Mo.
“ayo kita pacaran” ucap Da Mo.
MOHON UNTUK TIDAK MENGCOPY PASTE TULISAN INI
KAMSAHAMNIDA
KAMSAHAMNIDA
udh nunggu 3 bln bwt kelanjutannya
BalasHapusaja aja fighting!!
gumawo....
Hapushehehehe, mian ya klo telat^^
akhirnya ada kelanjutannya jg stlh nunggu luamaaa bgt,,hehe
BalasHapusmb dewi semangat ya,,cuma blo ini yg bikin recapnya jd ak selalu tunggu lanjutannya di blog ini,,ep 8 dst jangan lama2 ya (rada maksa ^_^) gomawo unie
~suchi~
makasih ya semangatnya...
HapusMian untuk sementara ini dewi hiatus dulu,...
Mungkin bulan depan baru dewi lanjutin,
sekali lagi makasih ya^^
Wahh aku orang yg paling terakhir baca ini.. gomawo min
BalasHapusKangen nonton lg drma ini, sis yang ahjusi nya kluar laser eps brp ya..
BalasHapus