Selasa, 17 Juni 2014

[Sinopsis] Movie Going by the Book Bagian Pertama

Going by the Book Bagian Pertama




Persimpangan kota Sam Po
Cerita dibuka dengan diperlihatkannya adegan 2 orang pria yang sedang berdebat. Pria bernama Do Man yang berprofesi sebagai polisi lalu lintas menghentikan mobil yang sedang melintas. Pemilik mobil dengan sengaja mengabaikan lampu lalu lintas dan terus saja mengemudikan mobilnya. 
Do Man seketika terkejut saat si pengemudi menyebutkan nama dan pekerjaannya. Pria tersebut tak lain dan tak bukan adalah bos Do Man, kepala kepolisian baru daerah Sam Po. Alasannya menerobos lampu lalu lintas karena jalan yang dilewatinya sangat sepi, tak ada sebuah mobil pun yang lewat dan juga dia sudah sangat terlambat di hari pertamanya bekerja.
Do Man memperkenalkan diri dan memberi hormat “Pak! departemen Lalu-lintas Sam Po, Jung Do-man melapor! Suatu kehormatan bertemu denganmu Pak! Tapi aku tetap harus melihat SIM anda Pak” #gubrak
Tindakan Do Man menilang atasannya sendiri mendapat teguran dari pimpinan divisi dan rekan-rekannya. Bagaimana bisa Do Man melakukan hal tersebut kepada Kepala kepolisian?
“Bagaimana bisa kamu memberikan dia surat tilang...saat seharusnya kamu memberikan dia bingkisan bunga selamat datang!” ucap Bos Do Man marah
“Do Man, apakah kamu tidak bisa bersantai sedikit?aku pikir aku akan mendapatkan sedikit kedamaian setelah kamu meninggalkan departemenku. Tapi tidakkah kamu jenius dalam hal membuat masalah! itu juga sebuah talenta, talenta yang luarbisa”

Malam harinya
Do Man menghabiskan waktu bersama dengan rekannya sesama polisi, Kyoung Tae. Kyoung Tae dalam kondisi mabuk mengeluhkan kenapa Do Man harus disalahkan dalam peristiwa tadi pagi? Dan kenapa juga posisi Do Man harus turun dari seorang Detektif di Departemen Investigasi menjadi polisi lalu lintas yang tahunya hanya memberikan surat tilang dan meniup pluit. Do Man harusnya menangkap penjahat dan semuanya ini karena Gubernur musang itu… 
Keesokan harinya
Kepala kepolisian mulai membuka berkas-berkas kejadian yang terjadi selama beberapa minggu terakhir di kota Sam Po. Dari sekian banyak kasus yang dilaporkan, kasus yang paling mencuri perhatian adalah perampokan Bank. Dan tepat hari ini, di minggu pertamanya menjabat, sebuah kasus perampokan terhadap Bank kembali terjadi.

Saya berada di Bank Jin-heung, dimana perampokan terjadi sekitar satu jam lalu. Menurut karyawan dan saksi mata di tempat kejadian tidak diketahui umur dari perampok... Perampok terlihat sangat berani. Sejauh ini, belum ada tindakan dan hal ini menggangu kenyamanan warga dan pihak Bank. 

Kepala kepolisian Sam Po jelas saja kalang kabut dibuatnya. Walaupun dirinya berusaha tenang tapi citra kepolisian di mata masyarakat sudah memburuk terutama kejadian ini terjadi di awal-awal jabatannya. Berbagai macam keluhan berdatangan yang menanyakan solusi apa yang akan diberikan kepolisian dalam menghadapi masalah ini.
Sebuah ide akhirnya muncul di benak kepala kepolisian seusai melihat sebuah simulasi penyelamatan di jalan raya.

Do Man tanpa sengaja melihat Gubernur kota Sam Po yang baru saja melintas dengan mobilnya. Gayanya angkuh dan sombong, memicingkan sebelah mata kepada Do Man…

Kepala kepolisian mengumpulkan para wartawan guna mengumumkan rencana simulasi perampokan Bank yang akan dilaksanakan oleh pihak kepolisian kota Sam Po. Hal yang berbeda dari simulasi pada umumnya adalah tidak adanya scenario dari simulasi ini atau bisa dikatakan semua berjalan apa adanya seperti air yang mengalir. Tidak ditentukannya waktu terjadinya simulasi dan juga yang berperan serta dalam simulasi kali ini selain karyawan bank dan pengunjung, para anggota kepolisian diwajibkan turut serta dengan cara mengambil undian peran apa yang akan mereka mainkan nanti. 
Di salah satu Bank
Para karyawan mengeluhkan simulasi yang akan diadakan secara tiba-tiba. Hal tersebut hanya akan menggangu pekerjaan mereka karena harus berurusan dengan para polisi yang sedang menyamar. Pimpinan mereka berusaha menasehati jika semuanya harus bekerja keras dan melakukannya demi mengembalikan citra kepolisian dan juga bank yang telah tercoreng beberapa waktu belakangan ini.
Do Man mendatangi kantor kepala. Kedatangannya memang telah dinantikan daritadi. Sangat aneh memang karena seorang polisi lalu lintas dipanggil secara pribadi menemui salah satu Bos besar. Do Man membuka pembicaraan dengan meminta maaf atas sikapnya tempo hari namun kepala Lee tak mempersoalkannya dan menyuruh Do Man untuk duduk.
Tujuan dipanggilnya Do Man adalah meminta Do Man untuk memerankan karakter perampok. Do Man memang mendapatkan peran hanya sebagai petugas namun bagi Kepala Lee tak sembarang orang bisa memerankannya dan kepala Lee merasa Do Man-lah yang cocok melakukannya.
“Anda mengatakan tidak ada yang di set” ucap Do Man merasa ganjil dan sedikit terkejut
“Kamu benar tidak ada yang direncanakan tapi kita perlu terlihat baik di depan publik, jadi kita perlu perampok yang meyakinkan” jawab kepala Lee
“jadi....kenapa anda memilihku?” tanya Do Man
“Kamu orang yang suka penasaran kan? Kamu terlihat cocok dan aku merasa bahwa kamu mungkin ingin menjadi seorang penjahat sekali dalam hidupmu. Aku hanya bercanda… Petugas dari departemen Investigasi kriminal sangat baik dalam hal menangkap penjahat, tapi mereka tidak cocok. Dan aku tidak ingin setiap orang bisa menjadi perampok” jawab kepala Lee
“ Kamu akan menyesali hal ini” gumam Do Man
“ Apa?” tanya Kepala Lee penasaran dengan ucapan lirih Do Man tadi
“itu hanya..aku... bukanlah orang yang tepat yang anda inginkan” jawab Do Man berbohong
“Jung Do-man, aku tidak memanggilmu kesini untuk bernegosiasi. Aku adalah Kepala kepolisian dan kamu akan mengikuti perintahku”
“Baik Pak. Apakah ada rincian khusus yang harus aku tahu?” tanya Do Man lagi
“apa?”
“hal seperti... kapan dan bagaimana aku akan tertangkap...” ucap Do Man
“Kamu laki-laki yang lucu. Kamu fokus saja dalam merampok bank, kami yang akan menangkapmu. Hanya lakukan yang terbaik untuk peran yang kamu dapatkan. Ini permintaanku, martabat kita dipertaruhkan. Jangan anggap ini lelucon bersikaplah seperti ini nyata. Seperti saat kamu memberikanku surat tilang, mengerti?” ucap Kepala Lee menegaskan.
Dan mulailah Do Man mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam simulasi kali ini. Do Man awalnya menolaknya namun menilik dari kepribadiannya yang tegas dan juga perintah langsung dari atasan, Do Man mau tak mau setuju. 
Do Man yang sangat serius dalam semua hal yang dilakukannya termasuk pekerjaannya, kali ini pun tak main-main. Do Man mempelajari tekhnik cara merampok Bank dari beberapa buku yang dipinjamnya, melihat video perampokan, berusaha memasukkan semua kata dari kata dari buku ke dalam pikirannya mengenai bagaimana cara menjadi perampok yang baik, menyiapkan property yang akan digunakannya nanti termasuk meninjau lokasi. Do Man bahkan mempelajari letak kamera cctv di setiap Bank, letak lemari Brankas, aktifitas Bank termasuk kegiatan setiap pengunjung dan karyawannya… tidak ada satupun yang dilewatkannya karena tugas kali ini adalah perintah langsung dari atasan.
Hari simulasi tiba
Do Man sarapan pagi bersama keluarganya. Di sela-sela makan, Do Man berhenti sesaat dan mengucapkan hal yang mungkin menurut orang lain adalah terdengar sangat konyol “tolong diingat...Kalian semua tetap menjadi keluarga yang kucintai. Dan aku akan selalu menjadi anakmu yang tercinta” 
Para polisi mendapatkan sms jika tiba waktunya simulasi diadakan. Gerakan cepat, suara langkah kaki terdengar disana sini. Mereka seketika meninggalkan pekerjaannya dan kegiatan yang sedang dilakukannya guna memenuhi perintah dari atasan.
Bank tempat perampokan terjadi
Rutinitas berlangsung seperti biasanya… transaksi perbankan terjadi dengan normal. Satu persatu polisi menuju tempat dimana mereka harus beraksi. Ada yang berperan sebagai nasabah dan ada pun yang berperan sebagai polisi yang sedang menyamar.

Derap langkah kaki terdengar… seorang pria mengenakan masker masuk ke dalam Bank dengan santainya. Salah satu petugas mengenalinya sebagai Do Man. Tapi apa yang dilakukan Do Man di waktu kerjanya? Apa petugas lalu lintas mengambil bagian juga dalam simulasi kali ini?
Do Man mengambil nomor antrian dan berjalan menuju teller saat nomornya telah dipanggil. Sapaan lembut terdengar dari gadis di hadapan Do Man namun Do Man justru mengeluarkan sebuah buku bank yang bertuliskan

Selamat pagi.
Jangan takut
Aku tidak memiliki pilhan lain.
Tolong tenang.
Jangan berteriak.
Letakan $10 dalam tas ini.

Gadis di hadapan Do Man tak bergeming dan memilih menekan tombol berwarna merah di bawah meja. Do Man kembali mengeluarkan buku bank yang telah ditempelinya kata-kata

Berhenti menatapku!
Cepat masukan uangnya!
Apakah kamu tidak pernah melihat perampok sebelumnya?

Salah seorang pria mendekati Do Man dan mengajaknya berbicara. Pria tersebut berdiri sambil meletakkan tangan kanannya di sisi meja seolah-olah sedang menunjukkan jika dirinya membawa pistol. Do Man dengan cepat menarik senapan laras panjang buatan tangan yang dibawanya dan menembakkannya ke kepala pria yang berdiri di hadapannya sekarang “aku menembakmu” ujar Do Man namun pria di hadapannya tak terima walaupun cuma berpura-pura. Bagaimana bisa Do Man menembak sedangkan dirinya hanya berbicara “dimana kamu bersekolah?” 

Do Man mulai emosi, layaknya penjahat sesungguhnya Do Man meminta semua yang berada dalam Bank untuk keluar dari loket dengan tangan terangkat ke atas. Teman Do Man yang tertembak tadi, Jong Dae memberi penjelasan kepada Manager Bank dan lainnya jika simulasinya sudah dimulai dan meminta mereka untuk mengikuti keinginan Do Man yang sedikit aneh…
Sementara itu
Para polisi yang lainnya yang memang bertugas menangkap perampok segera bergerak menuju Bank tempat terjadinya perampokan dan Kepala Lee sendiri menghubungi beberapa media dan wartawan untuk mengabarkan jika simulasi telah dimulai.
Kembali ke Bank
Do Man menyuruh karyawan Bank untuk memasukkan semua uang dalam Brankas ke dalam tasnya. Waktu semakin sempit dan sebentar lagi polisi akan datang. Salah satu teman Do Man yang menjadi sandera mengeluhkan sikap Do Man yang sangat serius mendalami perannya. Do Man bahkan melabeli setiap sandera dengan nama mereka baik itu yang masih hidup ataupun yang telah mati seperti Jong Dae.
Polisi sudah berdatangan begitupun para wartawan. Kepala Lee segera menghubungi Do Man yang berada di dalam gedung.
“Kerja bagus, tapi kenapa kamu membunuh Detective Woo?” tanya Kepala Lee “Kamu akan difitnah karenanya, jangan menembak”
“yah, aku pikir aku akan tertangkap dan itu tidak baik” jawab Do Man
“Lagipula, belum ada kamera yang meliput, Jadi tolong kamu tahan sedikit,bisa kan? Dan saat waktu penyiaran jangan terlihat tidak meyakinkan. Kamu mengerti kan?” pesan kepala Lee
“Aku pikir ini harus berjalan senyata mungkin” ucap Do Man dan Kepala Lee membenarkannya
“Ya benar, kamu benar. Dalam 30 menit Tim SWAT akan tiba, jangan sampai tertangkap. Jangan biarkan mereka menangkapmu”
“Ya, aku melakukan semua ini supaya tidak tertangkap Pak”
“Jika mereka menangkapmu, kita akan terlihat buruk di mata masyarakat. Lagipula,kita akan mengakhiri ini semua sebelum mereka tiba. Tapi apapun yang terjadi jangan takut.. Jangan sampai terluka dan berhati-hatilah, mengerti?” tambah Kepala Lee dan menutup telepon. Do Man menanamkan apa yang dikatakan atasannya ke kepalanya, untuk membuatnya menjadi senyata mungkin…. 
Teman Do Man tiba-tiba bertanya, Do Man hanya seorang diri saja berperan sebagai perampok dan ada begitu banyak sandera disini, bagaimana Do Man bisa mengikat mereka semua? Tak mungkin kan dengan hanya melabeli mereka sebagai tanda seorang sandera? Do Man dengan santainya menjawab jika semua telah terikat dan yang melakukannya adalah teman Do Man sendiri. Dan disini kita bisa melihat bagaimana jika di kenyataan sebenarnya, teman Do Man mengikat semua sandera termasuk dirinya sendiri dan Do Man mengarahkan senapan ke arahnya. Wkwkwkwk…
Di luar sana
Para polisi mulai bersiap-siap melakukan tindakan penggerebekan namun tindakan mengejutkan Do Man dengan merusak kamera cctv dan menutup tiba-tiba semua jendela membuat kepala Lee panik dan kembali menelepon Do Man. Do Man menegaskan bukankah ini yang dilakukan perampok? Dan sebaiknya kepala Lee jangan meneleponnya lagi. Kepala Lee jelas saja kalang kabut, semua tak sesuai dengan rencananya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Do Man benar-benar menghayati perannya sebagai perampok.
“Maaf Pak... Sejauh mana anda berbicara dengan Do-man?” tanya salah satu petugas yang mulai paham dengan situasi sekarang ini. “Maksudku...apa anda mengatakan kepadanya dimana dan kapan dia akan ditangkap?”
“Tidak, aku hanya... mengatakan kepadanya untuk melakukan yang terbaik dan cobalah menjadi perampok jika ia bisa”
Salah satu karyawan Bank mulai mengeluh… Do Man mengacaukan semua pekerjaannya dan juga tindakannya yang mengumpulkan semua Hp dan jam para sandera. Do Man menjelaskan jika dirinya tak ingin membuat para sandera stress hanya untuk bertanya jam berapa sekarang dan sudah berapa lama mereka disandera? Namun penjelasan Do Man tak berhasil membuat karyawan Bank yang diketahui bermarga Lee atau kita bisa sebut Nona Lee diam. Do Man akhirnya mengambil tindakan yaitu memukul Nona Lee hingga pingsan. Tapi tenang semuanya hanya pura-pura…hehehe
Do Man meminta kepada 2 orang sandera yaitu seorang kakek dan pelajar untuk keluar, mereka tidak perlu ikut dalam simulasi ini. Kakek menolak dengan halus, dirinya lebih suka berada di bank karena tempatnya hangat dan meminta Do Man untuk tak memperdulikannya dan melanjutkan saja pekerjaannya. Pelajar pun menolak, dirinya hari ini tidak sekolah dan tak mengapa jika dia diikutkan dalam simulasi kali ini.
Jong Dae mulai kesal dengan semua tingkah dan aturan Do Man. Jong Dae bangun dan merebut paksa senapan Do Man dan mengarahkannya ke Do Man. Setelah dipikir-pikir, Do Man tak bisa menembaknya karena dirinya sudah memakai rompi anti peluru… namun ucapan pelajar berhasil menghentikannya. Jong Dae tertembak di kepala dan tak mungkin rompi anti peluru dikenakan di kepala. Untuk membuktikannya mereka bisa melihat kamera cctv dan memang benar, heheehehe….
Tim SWAT tiba di lokasi bersama dengan seorang negosiator. Suasana semakin memanas, para wartawan semakin banyak yang berdatangan. Kepala Lee semakin tak sabar dengan tindakan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Tiba-tiba salah satu bawahannya mengatakan jika Detektif Han menjadi sandera di dalam. Dia sangat menguasai bela diri Wushu. Tapi tunggu dulu, Do Man juga menguasai tinju. 
“Tinju dan Wu Shu yang mana yang lebih kuat?” tanya Kepala Lee
“itu mudah, yang memegang senjata yang menang” wkwkwkwk, dan kita bisa melihat Detektif Han yang meminta ijin ke kamar mandi namun saat Do Man lengah, Detektif Han mencoba melumpuhkan Do Man. Sayang, Do Man jauh lebih cerdik. Do Man mengarahkan senapannya ke perut Detektif Han dan berhasil membuatnya mati seketika. Alhasil sudah 2 korban yang berjatuhan.
Merasa dipermainkan, Do Man meminta semua sandera yang masih hidup untuk duduk di lantai kecuali seorang wanita hamil. Salah satu Hp berdering, Hp Jong Dae. Do Man mengangkatnya dan menjelaskan kepada si penelpon yang tak lain adalah Ibu Jong Dae jika Jong Dae baru saja meninggal saat bertugas. Jong Dae tentu saja kesal, Ibunya memiliki jantung yang lemah namun Do Man dengan seenak jidatnya mengatakan hal yang seenaknya, wkwkwkwk…
Negosiator mulai berbicara untuk melakukan negosiasi dengan Do Man namun baru beberapa kata yang diucapkannya, lehernya mendadak sakit akibat penyakit batuk yang dideritanya.
Sementara itu, Ibu Do Man hendak mengambil pinjaman dengan cara menjaminkan rumah mereka. Sayang rumah tersebut atas nama Do Man dan untuk meluluskan permintaannya dibutuhkan stempel a/n Do Man. 
Negosiator tak berlangsung sukses, akhirnya Tim SWAT yang diterjunkan secara langsung. Melalui jalan belakang yang terhubung dengan ruang brankas, mereka bergerak maju. Do Man tentu saja tak bodoh. Do Man sudah bisa menebak rencana mereka… Do Man meminta Manager Bank untuk membantunya. Sirkulasi udara/ac terbagi dua. Satu untuk gedung dan satunya lagi untuk ruang brankas. Do Man meminta Manager Bank untuk mematikan sirkulasi udara di ruang yang menuju ruang brankas dan berhasil membuat Tim SWAT kewalahan dan tidak dapat bernapas karena kekurangan O2.
Beberapa menit kemudian, Do Man memerintahkan Manager Bank untuk membuka ruang brankas dan meringseklah masuk para anggota Tim SWAT dengan nafas yang terlihat tercekik. Do Man meminta mereka untuk keluar dari gedung dengan label “telah mati”… hehehehe
7 polisi sekarang tewas. Saya melaporkan dari lokasi pelatihan. jika ini nyata,maka ini merupakan kasus penyanderaan terburuk yang dilakukan oleh individu tunggal.



BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...